PRESIDEN MINTA KERJA SAMA RI – PNG DIBINA SEBAIK-BAIKNYA
Presiden Soeharto berpesan agar kerja sama dan saling percaya antara Indonesia dan Papua Nugini, terutama di daerah perbatasan, dibina sebaik-baiknya. Dengan peningkatan kerja sama dan saling percaya, masyarakat kedua negara dapat hidup rukun.
Petunjuk Presiden itu disampaikan kepada Gubernur Irian Jaya Isaac Hindom yang memimpin pemerintahan daerah yang berbatasan dengan wilayah PNG itu.
Selesai diterima Presiden Soeharto di Jl. Cendana, Rabu kemarin, Isaac Hindom mengatakan kepada wartawan, sekarang tidak ada masalah perbatasan antara Irian Jaya dan PNG.
Gubernur Irian Jaya itu dalam waktu dekat akan mengikuti delegasi Indonesia yang dipimpin Sekjen Departemen Luar Negeri Sudharmono berangkat ke PNG untuk pembicaraan berkala mengenai masalah perbatasan. Anggota delegasi lainnya ialah Pangdam Cenderawasih, Bupati Merauke, dan Bupati Jayapura.
Pertemuan panitia perbatasan kedua negara dilangsungkan 25-27 Juli. "Masalah yang berkembang tahun ini baik-baik saja," katanya menjawab pertanyaan pers.
Ia juga membenarkan hubungan tradisional antara satu keluarga yang berdiam di daerah perbatasan Irian Jaya dan PNG tetap berjalan sebagaimana kebiasaan turuntemurun.
Mengingat mereka suatu ketika masuk ke daerah dengan kedaulatan hukum yang berbeda, maka pertemuan panitia perbatasan kedua negara akan mengusahakan pengaturannya.
"Memang untuk menyeberang ke Indonesia atau ke PNG harus menggunakan paspor, tetapi mereka kan masih sederhana. Hal ini yang akan dibahas dalam pertemuan nanti," katanya.
Tanam Manusia
Gubernur Irian Jaya itu menegaskan bahwa wilayah Irian Jaya terbuka luas untuk transmigrasi. Berapa pun banyaknya transmigran akan dapat ditampung di daerahnya.
Diceritakannya, ketika Presiden Soeharto bertanya kepadanya tentang program utamanya sebagai gubernur, ia mengatakan akan tanam manusia.
"Kalau dulu Gubernur Acub Zainal memajukan olahraga, dan Gubernur Sutran populer dengan cengkehnya, maka saya sebagai gubernur mempunyai program pembangunan menanam manusia", katanya.
Yang dimaksudkan menanam manusia ialah mendatangkan transmigran sebanyak mungkin, dan diutamakan dari Jawa karena penduduk Jawa dewasa ini sangat padat. "Ini bukan berarti Jawanisasi Irian Jaya", katanya sambil tertawa.
Ia menambahkan, penduduk Sumatera dan Sulawesi jumlahnya pas-pasan untuk pulau-pulau itu, tetapi pulau Jawa terlalu sesak. Transmigrasi ke Irian Jaya diharapkan tidak hanya dipikirkan oleh pemerintah Irian saja, tetapi hendaknya dipecahkan secara nasional.
Ia yakin melalui program transmigrasi, kesejahteraan rakyat Irian Jaya dapat ditingkatkan. Sekarang ini titik-terang peningkatan kesejahteraan sudah nampak. Dicontohkannya, Kabupaten Manokwari kini telah menghasilkan 1.000 ton padi.
Mengenai jumlah transmigran disebutkannya, sampai sekarang baru 13.000 keluarga yang didatangkan sejak 1968. Dalam Repelita IV ia mengharapkan dapat didatangkan lebih dari 200 ribu keluarga yang dapat disebarkan di Irian Jaya.
Percobaan Perkebunan
Tentang pembangunan, Gubernur melaporkan PTP II Tanjung Morawa Sumatera Utara membuka areal tanaman kelapa sawit. Di Kabupaten Jayapura akan dibuka perkebunan kelapa sawit seluas 78 ribu hektar dan di Kabupaten Manokwari seluas 500 hektar.
"Diharapkan tahun ini sudah dapat dibuka 500 hektar”, katanya.
Pembangunanjalan raya lintas Irian Jaya dari Jayapura ke Merauke sepanjang 700 km, sampai sekarang belum selesai, yang sudah dapat dilewati baru sepanjang 200 km dari Jayapura dan dari Merauke ke pedalaman. Jalan itu masih berupa jalan kerikil dan belum diaspal. (RA).
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (1983)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 155-156.