1967-12-31 Jenderal Soeharto Menyampaikan Sambutan Akhir Tahun

Jenderal Soeharto Menyampaikan Sambutan Akhir Tahun [1]

MINGGU, 31 DESEMBER 1967 Menyambut datangnya tahun 1968, Pejabat Presiden dalam pesan akhir tahunnya mengatakan bahwa dengan menciptakan Panca Tertib pada akhir tahun 1967, kita telah dapat meletak­kan dasar-dasar yang kokoh untuk usaha-usaha stabilitas nasional dalam tahun 1968. Hasil-hasil yang sudah dicapai tahun 1967, walaupun belum memenuhi harapan masyarakat dan pemerintah sendiri namun telah mem­peroleh kemajuan. Di bidang politik dan ketatanegaraan, dalam tahun 1967 kita telah berhasil menghilangkan situasi konflik dan dualisme peme­rintahan secara konstitusional, dan pada akhir tahun 1967 pula telah benar­-benar dirasakan adanya gerak menuju ke arah kesatuan dan integritas kepemimpinan nasional Orde Baru. Di bidang ekonomi, sehubungan dengan APBN, kebijaksanaan anggaran berimbang dan kebijaksanaan­-kebijaksanaan lain, seperti penghematan, telah berhasil menjalankan fungsinya untuk menurunkan laju inflasi dari 650% di tahun 1966 menjadi kurang-Iebih 120% di tahun 1967. Penetapan APBN tahun 1967 dengan Undang-undang memperlihatkan tanda demokrasi, di mana rakyat sendiri menetapkan APBN melalui DPR-GR. Di bidang keamanan, kesejahteraan sosial dan kebudayaan juga sudah dapat dirasakan, meskipun masih ada gangguan-gangguan yang langsung atau tidak langsung, sehubungan dengan masih adanya sisa-sisa G.30.S/PKI dan PGRS (Pasukan Gerilya Rakyat Serawak) di Kalimantan, ketegangan hubungan agama di Makassar dan lain-lain yang sifatnya lokal. Di bidang politik pula, pengertian Orde Baru telah merata dimiliki oleh rakyat dan ada semangat serta tekad untuk melaksanakannya.

Pejabat Presiden juga mengemukakan hambatan-hambatan yang dihadapi seperti dalam hal mental dan teknis. Hambatan mental yang datang dari tubuh Orde Baru sendiri, yaitu masih ada yang mementingkan kepentingan pribadi dan golongan dalam perjuangan dan usaha. Sedang­kan di bidang ekonomi masih terdapat mental serba ketergantungan pada pemerintah sehingga menghambat usaha-usaha berdikari. Kekurangan teknis seperti kecakapan, biaya, peralatan-peralatan teknis yang tidak dapat disediakan dalam waklu singkat.

Menurut Jenderal Soeharto, tahun 1968 merupakan tahun yang menentukan sukses-tidaknya Kabinet Ampera, dimana keadaan dan kondisi nasional yang stabil dan mantap merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional yang pertama, yang akan dimulai pada tahun 1969. Untuk itu harus diciptakan kondisi-kondisi, antara lain:

a. Orde Baru yang matang dan mantap, yaitu agar seluruh bangsa sadar akan panggilan sejarah untuk memberikan wujud dan isi kepada Pancasila dan UUD 1945.

b. Kondisi Panca Tertib, yaitu agar hambatan-hambatan, gangguan­gangguan dan penyelewengan-penyelewengan di segala bidang, pada akhir tahun 1968 sudah dapat dibatasi pada proporsi yang minimal.

c. Integrasi kepemimpinan nasional semua eselon, yaitu adanya kesatuan jiwa, pandangan dan kegiatan di antara pimpinan.

d. Aparatur administasi negara yang produktif dan efisien, artinya bahwa kita wajib memiliki aparatur negara baik legislatif, yudikatif maupun eksekutif yang mengabdi kepada rakyat banyak dan mampu bekerja.

e. Semangat dan orientasi program, artinya bahwa bangsa mendasarkan segala usaha dan kegiatannya pada program-program bersama yang secara konstitusional dan demokratis telah ditetapkan bersama.

Pejabat Presiden juga mengatakan bahwa dengan disahkannya RAPBN oleh DPR-GR berarti bahwa antara pemerintah dan rakyat secara konstitusional dan institusional terdapat kesamaan pengertian dan pandangan dalam langkah-langkah untuk melaksanakan tugas-tugas yang di­bebankan oleh MPRS dan dalam mencapai cita-cita Orde Baru. Oleh sebab itu dalam mewujudkan cita-cita Orde Baru dan dalam melaksanakan tugas stabilitas nasional dan pembangunan haruslah ada kerjasama antara pemerintah dan rakyat. Juga diakui pentingnya bantuan luar negeri. Sukses-tidaknya realisasi APBN 1968 dan realisasi dari program-program pemerintah di dalam negeri, menurut Pejabat Presiden, antara lain ditentu­kan oleh keberhasilan kita memperoleh kredit dari luar negeri. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 01 Oktober 1965 – 27 Maret 1968”, hal 230-231 Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.