PRESIDEN SOEHARTO MENJAMU KAINDAREN DI TOKYO
(Indonesia Tegaskan Menolak Pakta Militer di Asia Tenggara)[1]
JUM’AT, 29 MARET 1968, Di Tokyo, hari ini Presiden Soeharto mengadakan perundingan dengan PM Jepang, Eisaku Sato. Menjawab pertanyaan para wartawan dalam suatu konferensi pers di Tokyo, Presiden Soeharto mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut ia membicarakan soal bantuan Jepang kepada Indonesia. Ketika ditanya tentang ancaman RRC terhadap Asia Tenggara, Presiden mengatakan bahwa bagaimanapun Indonesia tidak akan bergeser kearah pembentukan pakta militer. Mengenai pandangannya tentang perang Vietnam, Presiden mengatakan bahwa Indonesia menginginkan agar masalah Vietnam dapat diselesaikan secara damai oleh rakyat Vietnam.
Presiden Soeharto menghadiri jamuan makan yang diadakan oleh Kaindanren, di Tokyo. Dalam pertemuan dengan sekitar 200 tokoh industri, pengusaha dan keuangan Jepang, Presiden Soeharto mengatakan bahwa menyangkut penanaman modal asing, Indonesia mempunyai kecenderungan yang utama kepada Jepang sebagai Negara Asia yang termaju. Dalam pertemuan ini juga Presiden memberikan jaminannya bahwa tidak satu sen pun dari bantuan luar negeri dipergunakan untuk kepentingan lain kecuali untuk perbaikan ekonomi. Stabilisasi ekonomi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan laju inflasi, menstabilkan persediaan pangan, perbaikan prasarana, dan pengadaan sandang.
Catatan: Menurut Koos Arumdanie, Wartawan Senior Istana pada masa Presiden Soekarno-Presiden Soeharto, kunjungan Presiden Soeharto yang baru saja dilantik sebagai pejabat Presiden ke Jepang itu sebagai upaya menagih secara halus pampasan perang kepada Jepang yang akan dipergunakan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat di Indonesia. Bukan sebagaimana dugaan atau kesan yang muncul publik selama ini yang mengasumsikan kunjungan tersebut untuk membuka kran penanaman modal asing di Indonesia.