COMANNDER’S CALL ABRI
(ABRI Tidak Boleh Hidup Berlebih-Lebihan) [1]
SENIN, 23 PEBRUARI Pukul 9.00 pagi hari Menhankam Jenderal Soeharto membuka Comander’s Call ABRI yang dilangsungkan di Gedung KONI Pusat, Senayan, Jakarta. Dalam sambutannya, selain mengamantkan agar ABRI harus jadi pengayom bagi rakyat, Jenderal Soeharto juga meminta agar kekaryaan ABRI hendaknya ditertibkan dan dipertegas, sehingga benar-benar mencapai daya guna yang sebesar-besarnya. Disamping itu, untuk menghadapi masalah-masalah nasional, seperti pemilihan umum, pembangunan hankamnas dan pelaksanaan tertib politik, sosil, ekonomi dan tertib hukum, maka sistem kekaryaan juga harus ditingkatkan agar supaya lebih selektif. Oleh karena itu, Jenderal Soeharto menyarankan agar organisasi karyawan ABRI lebih jelas dari pusat sampai ke daerah, sehingga memungkinkan adanya pembinaan yang teratur, terus menerus, mudah dikontrol, praktis dan efisien.
Juga dianjurkan agar karyawan ABRI melatih diri dalam ketangguhan mental maupun keterampilan di bidang kekaryaan, sehingga berani bersaing secara konstruktif di lapangan masing-masing dengan karyawan lain. Selanjutnya Jenderal Soeharto meminta agar anggota ABRI tidak hidup berlebih-lebihan sampai menimbulkan prasangka melakukan korupsi. Dalam keadaan ekonomi yang belum menggembirakan ini, masyarakat sangat peka terhadap kondisi-kondisi yang mencolok antara mereka yang hidup mewah dan mereka yang hidup serba kekurangan. Oleh karena itu betapapun kecilnya tindakan penyelewengan okum ABRI, sudah cukup untuk menjatuhkan keseluruhan nama ABRI. Demikian Jenderal Soeharto.
Tentang Operasi Bhakti, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa Operasi Bhakti tidak boleh memperberat beban instansi atau daerah, dan juga tidak boleh menghambat usaha pembangunan. Panglima dan komando daerah diminta supaya melakukan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan operasi bhakti ini dan bertindak tegas kalau terjadi penyelewengan.
Pada kesempatan itu Jenderal Soeharto juga mengungkapkan tentang rencana integrasi Kopkamtib kedalam Departemen Hankam. Integrasi ini diperlukan, sebab tugas dan tanggungjawab Kopkamtib itu tidak hanya bertalian dengan pemulihan keamanan akibat G.30.S/PKI saja, melainkan juga untuk mencegah timbulnya gangguan keamanan yang disebabkan oleh golongan-golongan ekstrim lainnya.
_______________________
[1] Dikutip Langsung dari Buku Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973