1970-09-09 Presiden Soeharto Sampaikan Pidato di KTT Ke-3 Non Blok

Presiden Soeharto Sampaikan Pidato di KTT Ke-3 Non Blok[1]

RABU, 09 SEPTEMBER 1970, Hari ini merupakan hari kedua KTT Non Blok di Lusaka, setelah secara resmi dibuka kemarin. Hari ini pula Presiden Soeharto sebagai ketua delegasi Indonesia mendapat giliran untuk menyampaikan pandangan umumnya dalam konferensi tersebut. Dalam pidatonya Presiden Soeharto memperingatkan agar KTT ke-3 ini tidak melakukan pengutukan terhadap suatu blok atau negara manapun, sebab hal itu tidak akan membantu mengatasi sengketa-sengketa di dunia. Ia juga menyerukan agar anggota-non-blok tidak berpura-pura bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang oleh negara-negara besar pun tidak dapat diselesaikan. Negara-negara non blok dapat berusaha mewujudkan peredaan ketegangan atau konflik dengan menciptakan perundingan-perundingan. Namun untuk berhasil, maka perundingan-perundingan tersebut haruslah mengikutsertakan negara-negara besar.

Selain itu Presiden mengemukakan pula sikap Indonesia terhadap masalah perjuangan nasional bagi pembebasan. Indonesia menentang bila konsep perjuangan atau peperangan bagi pembebasan digunakan sebagai alat untuk mengobarkan perang saudara dalam sebuah negara yang merdeka. Namun berbeda dengan keadaan negara-negara Arab yang menghadapi agresi Israel, maka wajib bagi kita untuk membantu dan menyokong perjuangannya. Presiden juga mengajak anggota-anggota non blok untuk memikirkan lebih lanjut mengenai nasib dan hari depan rakyat Palestina.

Selanjutnya Presiden Soeharto menegaskan tentang sikap Indonesia terhadap politik non-blok. Dikatakannya bahwa bagi Indonesia politik non-blok sudah merupakan keyakinan, bahkan suatu pandangan hidup, yang secara konstitusional tercermin dalam undang-undang dasar negara. Dengan demikian politik non-blok bukanlah barang baru bagi Indonesia. Hanya saja Indonesia menamakan politik luar negerinya sebagai bebas aktif. Menurut Presiden Soeharto manifestasi politik bebas-aktif sudah sejalan dengan politik non-blok itu. Oleh sebab itu ia meminta agar supaya konferensi ini tidak hanya menuntut ditariknya kembali pasukan-pasukan Amerika dan sekutunya saja dari Kamboja, melainkan semua pasukan asing yang ada di Kamboja tanpa melihat dari mana asalnya.

Demikian antara lain beberapa pokok penting yang ditekankan oleh Presiden Soeharto dalam pandangan umumnya.

Selesai sidang hari kedua, Presiden Soeharto menerima Menteri Luar negeri Kamboja, Koun Wicle, kemudian mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Zambia, Kenneth Kaunda. Malamnya Presiden Soeharto menerima beberapa pimpinan delegasi lain. Tampak menemui Jenderal Soeharto adalah Menteri Luar Negeri Libya, Saleh Bonsyir, Wakil Presiden Liberia, Dr. Willam R. Tolbert, dan Menteri Luar Negeri Yaman, Muchsin Al-Aini.  (AFR).



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 257-258. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.