1971-05-13 Presiden Soeharto Resmikan Ibukota Kabupaten Bangka

Presiden Soeharto Resmikan Ibukota Kabupaten Bangka

(Anjurkan Hidupkan Koperasi Untuk Petani Lada dan Kopi)[1]

 

Kamis, 13 Mei 1971, Dari Tanjung Pinang, Presiden Soeharto beserta rombongan pagi ini tiba di Pulau Bangka. Di Pulau “Timah” ini Presiden meresmikan ibukota Kabupaten Bangka yang baru, yaitu Sungai Liat. Setelah itu Presiden meninjau tambang timah Bangka. Dalam amanatnya kepada karyawan tambang, para camat, lurah dan bupati di daerah tersebut, Presiden Soeharto mengatakan bahwa pemerintah tidak mengulang tindakan-tindakan yang pernah dilakukan pada masa Orde Lama, seperti pemotongan uang, karena hal itu akan memukul rakyat sendiri. Sebaliknya, pemerintah akan menstabilkan ekonomi dan dengan sekuat tenaga menekan inflasi.

Sementara itu kepada para pejabat daerah, Presiden menganjurkan untuk menghidupkan kembali koperasi-koperasi di desa-desanya. Menurut Jenderal Soeharto, dengan tekad pemerintah untuk mempertahankan nilai rupiah semantap mungkin dan mempertahankan kestabilan yang terus menerus, maka prospek koperasi-koperasi unit desa yang telah dilaksanakan di Pulau Jawa, dapat diterapkan di sini, antara lain untuk menjamin kehidupan petani lada dan kopi di Bangka ini.

Sebagaimana halnya di Tanjung Pinang, di Bangka pun malam harinya Presiden mengadakan tatap muka dengan para alim ulama se-Kabupaten Bangka. Kepada para ulama di sini Presiden mengatakan bahwa ia dapat mengerti kalau sekarang ini kemampuan umat Islam kurang jika dibandingkan dengan golongan lain. Hal ini mengingat jumlah umat Islam kurang jika dibandingkan dengan golongan lain. Hal ini mengingat jumlah umat Islam yang mencapai 90% di Indonesia masih hidup dalam kekurangan. lebih jauh Presiden berbicara panjang lebar menjelaskan tentang kebijaksanaan pemerintah yang menghapuskan subsidi haji. Presiden mengatakan bahwa untuk meringankan calon jamaah haji, pemerintah memberi kesempatan kepada mereka untuk menabung. Presiden menjelaskan bahwa uang yang ditabung itu digunakan oleh pemerintah sebagai dana pembangunan, sedangkan kelebihan dari dana yang berasal dari bunga tabungan dikembalikan untuk kepentingan umat Islam seperti membangun masjid, madrasah dan lain-lain. Dari dana kelebihan itu saja, pemerintah kini telah mengumpulkan sekitar Rp. 300 juta, dan ini tidak kecil artinya bagi umat Islam. Demikian Presiden, yang pada akhir pertemuan ini menyumbang Rp. 50 juta untuk pengembangan dan pembinaan Islam di Kabupaten Bangka. (AFR)



[1] Dikutip Langsung dari Buku Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973. Hal 327-328.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.