1971-05-7 Presiden Soeharto: Kontestasi Pemilu Tak Boleh Sebabkan Bangsa Retak

Presiden Soeharto: Kontestasi Pemilu Tak Boleh Sebabkan Bangsa Retak

(Diperlukan Pemimpin Yang Mempersatukan)[1]

 

Jum’at, 7 Mei 1971, Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW diadakan di Istana Negara malam ini. Dalam amanatnya, Presiden Soeharto menyerukan kepada semua pihak tanpa kecuali, agar dalam melaksanakan kampanye atau usaha-usaha menarik suara sebanyak-banyaknya dalam pemilihan umum nanti memelihara persatuan seluruh bangsa, agar tidak sampai retak sedikitpun. Menurut Jenderal Soeharto hal ini perlu diingatkan karena sekarang dengan penuh kesungguhan, kita sedang melaksanakan pembangunan lima tahun. Untuk itu kita harus tetap meletakkan persatuan bangsa sebagai salah satu modal utama dan harus memperkuat wadah negara kesatuan RI ini. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto mengingatkan bahwa Islam sendiri mengajarkan kepada kita untuk mengusahakan persatuan umat walaupun dengan berbagai golongan yang berbeda-beda. Persatuan umat, saling pengertian dan saling menyayangi adalah satu sendi yang penting dalam mu’amalah yang berdasarkan Islam, demikian Presiden.

Dengan menunjuk pada keteladanan Nabi Muhammad, Presiden mengatakan bahwa pemimpin yang kita perlukan sekarang adalah pemimpin yang dapat menyatukan masyarakat, yang dapat memberikan perasaan tenteram kepada masyarakat dan menggerakkan masyarakat dalam membangun. Pemimpin yang dipercaya rakyat adalah pemimpin yang jujur, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada yang dipimpinnya. Juga pemimpin itu harus dapat menunjukkan kepada masyarakat jalan yang benar, serta dapat menghasilkan prestasi-prestasi yang diharapkan oleh masyarakatnya.

Presiden mengungkapkan kegembiraannya karena sebagai seorang muslim ia melihat kesegaran baru yang makin menghembus di kalangan masyarakat Islam. Islam tidak lagi tampak angker, yang hanya penuh dengan larangan dan ancaman dosa, melainkan lebih diartikan sebagai agama untuk masyarakat dan kemajuan. Walaupun begitu Jenderal Soeharto tetap mengingatkan agar prinsip-prinsip Islam kita pegang teguh, kewajibannya kita jalankan dan larangan-larangannya kita tinggalkan. Tetapi semua itu jangan membelenggu kita sendiri.  (AFR)



[1] Dikutip Langsung dari Buku Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973. Hal 325-326.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.