Senat AS Tolak RUU Bantuan Luar Negeri, Presiden Soeharto: Jangan Panik, Bantuan Luar Negeri Hanya Pelengkap[1]
SENIN, 1 NOVEMBER 1971 Presiden Soeharto menyerukan agar dalam menghadapi masalah bantuan luar negeri kita hendaknya jangan panik, karena sejak semula kita tidak menggantungkan usaha-usaha pembangunan kepada bantuan luar negeri. Dalam melaksanakan pembangunan, kita berusaha dengan kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri hanyalah pelengkap. Kita harus yakin bahwa kita benar-benar berusaha untuk mengembangkan kemampuan. Oleh karena itu negara-negara yang ingin melihat Indonesia mencapai kemajuan, pasti akan membantu, sebaliknya negara-negara yang tidak ingin melihat Indonesia maju, tentu tidak akan memberikan bantuan. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto dalam pertemuan dengan para menteri bidang keuangan dan ekonomi siang ini di Istana Merdeka. Pertemuan ini diadakan sehubungan dengan keputusan Senat AS tanggal 29 Oktober 1971 yang menolak RUU Bantuan Luar Negeri untuk negara-negara berkembang yang diajukan pemerintah AS. Tampak hadir dalam pertemuan ini antara lain menteri-menteri Prof. Widjojo Nitisastro, Dr. Emil Salim, Dr. Ali Wardhana, Drs. Radius Prawiro, dan Kabulog Achmad Tirtosudiro. (WNR).
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 381. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003