1972-01-06 Resmikan RSP Pertamina, Presiden Soeharto: Saya Akan Hantam Pelanggar Konstitusi

Resmikan RSP Pertamina, Presiden Soeharto: Saya Akan Hantam Pelanggar Konstitusi[1]

KAMIS, 6 JANUARI 1972, Presiden Soeharto meresmikan Rumah Sakit Pusat Pertamina di Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam pidato yang disampaikan tanpa teks, Presiden antara lain mengatakan bahwa “saya akan menghantam siapa saja yang mencoba melanggar konstitusi, dan saya akan mendapat dukungan dari ABRI”. Selanjutnya dikatakan bahwa “kalau ada seorang ahli hukum yang mengatakan bahwa Presiden tidak bisa menindak orang yang tidak mengerti dan tidak mau mengerti, maka Supersemar bisa saya gunakan sebagai alasan karena mengganggu ketertiban umum”. Pada kesempatan itu juga Presiden menolak pendapat sementara kalangan yang mengatakan bahwa proyek Miniatur Indonesia Indah adalah proyek mercusuar. Ia juga membantah bahwa proyek tersebut menghisap uang rakyat dan membahayakan pembangunan.

Jenderal Soeharto mengatakan pula bahwa proyek Miniatur Indonesia Indah telah dijadikan issue politik oleh orang-orang dan pelaku yang sama sejak tahun 1968. Issue politik tersebut dalam jangka pendek bertujuan untuk mendiskreditkan pemerintah, dan dalam jangka panjang untuk mendepak ABRI keluar dari lembaga eksekutif. Usaha itu akan menghilangkan dwifungsi ABRI dan menjadikan ABRI alat pertahanan-keamanan saja. “Dan saya tegaskan bahwa saya tidak akan melepaskan dwifungsi ABRI”, demikian Presiden Soeharto.

Kalau tujuan aksi-aksi anti proyek Miniatur Indonesia Indah itu untuk menyingkirkan Presiden, maka jawabannya adalah mudah. Karena ia adalah Kepala Negara yang dipilih melalui MPRS, maka ia dapat diberhentikan secara konstitusional melalui sidang MPR. Kalau ada usaha penggantiannya secara inkonstitusional maka “saya akan kembali mengambil sikap seperti pada tanggal 1 Oktober 1965, ketika menghadapi PKI. Waktu itu yang mendukung saya hanyalah isteri saya, sedangkan Front Pancasila dan Angkatan ’66 belum lahir.”

Kemudian Presiden mengungkapkan bahwa proyek Miniatur Indonesia Indah mempunyai dua tugas pokok. Keluar, sebagai sarana memperkenalkan wajah Indonesia kepada bangsa lain dan ke dalam, agar supaya rakyat Indonesia secara keseluruhan bisa melihat dan merasa bangga akan kebudayaan tanah airnya. (WNR)



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973”, hal 401. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.