Presiden Soeharto: Kita Diselimuti Keprihatinan, Tapi Juga Terlihat Sinar-Sinar Harapan
Sampaikan Pidato Kenegaraan 16 Agustus 1973[1]
KAMIS, 16 AGUSTUS 1973, Menyongsong peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-28, Presiden Soeharto menyampaikan pidato kenegaraannya didalam sidang pleno terbuka DPR di Senayan, Jakarta. Dalam pidatonya, Kepala Negara mencatat adanya dua hal penting dalam tahun ini. Pertama, tahun 1973 adalah tahun terakhir Repelita I, yaitu tahun yang menentukan gerak pembangunan berikutnya. Kedua, tahun ini merupakan pula tahun pertama masa kepresidenannya yang kedua, dan untuk pertama kalinya pula Presiden dan Wakil Presiden RI dipilih oleh MPR hasil pemilihan umum.
Dalam tahun ini juga Presiden mencatat bagaimana menariknya neraca perjuangan kita. “Di situ terlihat warna-warna yang agak suram, di situ terpancar juga warna-warna yang terang. Di masa ini kita diselimuti kabut keprihatinan, tetapi juga terlihat sinar-sinar harapan”, demikian dikatakannya.
Selanjutnya Presiden menguraikan sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai didalam masa kepemimpinannya yang kedua ini. Pertama, tersedianya sandang dan pangan yang cukup merata dengan mutu yang bertambah baik dan harga yang terjangkau oleh rakyat. Kedua, kesejahteraan lahir dan bathin yang makin merata dan lebih meningkat dengan makin maju dan berhasilnya pembangunan ekonomi. Ketiga, Indonesia memperoleh kedudukan terhormat dalam pergaulan interansional.
Untuk mencapai sasaran tersebut, menurut Presiden, terdapat tujuh tugas pokok yang perlu dilakukan. Pertama, memelihara dan meningkatkan stabilitas politik. Kedua memelihara dan meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban. Ketiga, memelihara dan meningkatkan stabilitas ekonomi. Keempat, menyelesaikan Pelita I yang selanjutnya menyiapkan dan melaksanakan Repelita II. kelima, meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keenam, meningkatkan penertiban dan pendayagunaan aparatur negara. Ketujuh, menyelenggarakan pemilihan umum selambat-lambatnya pada akhir tahun 1977.
Selainjutnya Presiden secara jelas mengungkap keteguhan pemerintah untuk meneruskan kebijaksanaan yang telah ditempuh dalam tahun-tahun sebelumnya. Dalam hubungan ini dikatakan oleh Presiden bahwa kebijaksanaan moneter, seperti anggaran berimbang, penggunaan keuangan negara secara hemat, efektif dan efisien, peningkatan penerimaan melalui mekanisme perpajakan, akan tetapi tetap dipertahankan.
Mengenai politik luar negeri, Kepala Negara menghargai gagasan-gagasan untuk membicarakan masa depan Asia Pasifik diantara semua bangsa yang mendiami rantau ini. Tetapi ditegaskannya bahwa untuk itu diperlukan persiapan yang matang untuk menghasilkan kesepakatan bersama. Oleh karean itu Presiden mengingatkan bahwa sementara gagasan itu masih perlu dipelajari lebih mendalam, kita perlu menghadapi kenyataan bahwa perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara telah berkembang semakin kuat. (AFR)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 43-44. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.