Presiden Soeharto-PM Tanaka Adakan Pembicaraan, Terjadi Peristiwa Malari[1]
SELASA, 15 JANUARI 1974 Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan PM Tanaka di Istana Merdeka pagi ini. Dalam pembicaraan itu Kepala Negara telah menyampaikan kepada tamunya mengenai perasaan anti-Jepang yang dimiliki masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa, sehingga menimbulkan aksi-aksi kekerasan terhadap modal Jepang di Ibukota. Ia meminta agar Jepang mengambil langkah-langkah penertiban dalam penanaman modal. Dikatakannya bahwa ada dua masalah penting yang perlu diperhatikan pihak Jepang, yaitu, pertama, pelimpahan skills kepada bangsa Indonesia dan, kedua, partisipasi modal bangsa Indonesia dalam investasi Jepang di sini.
Dalam tanggapannya, PM Tanaka mengatakan bahwa negaranya tidak mempunyai maksud untuk mendominasi negara lain. Ia juga mengatakan bahwa Pemerintahnya akan membentuk suatu badan yang akan memberikan bimbingan terhadap pengusaha-pengusaha Jepang yang akan menanamkan modal di luar negeri. Pada kesempatan itu pula ia menegaskan kembali kesediaan negaranya untuk membantu negara-negara ASEAN.
Pembicaraan antara kedua pemimpin itu berlangsung dalam suasana pengamanan yang sangat ketat. Daerah-daerah sekitar Istana Merdeka dan Istana Negara dikawal dengan ketat oleh pasukan-pasukan ABRI sejak kedatangan Tanaka. Tindakan kekerasan, yang dilakukan oleh kelompokĀkelompok mahasiswa, pelajar dan gelandangan, masih berlangsungĀ terus di beberapa tempat di Ibu Kota.
Sehubungan dengan terjadinya tindak kekerasan, berupa pembakaran dan perusakan terhadap gedung-gedung dan kendaraan bermotor, Pangkopkamtibda Jakarta Raya dan Sekitarnya mengumumkan berlakunya jam malam di wilayah kekuasaannya mulai malam ini. Pengumuman itu juga menyebutkan bahwa mulai saat ini setiap kegiatan yang dapat merusak dan terganggunya keamanan dan ketertiban umum akan ditindak tegas.
Malam ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto menyelenggarakan jamuan kenegaraan untuk menghormati kunjungan PM Tanaka. Dalam pidato sambutannya, Presiden mengatakan bahwa dalam memandang masa depan untuk membangun diri .menurut aspirasi dan kekuatannya sendiri, sudah sepantasnya negara-negara Asia melayangkan perhatian mereka ke Jepang. Dikatakannya bahwa Jepang yang dewasa ini telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, dianggap mampu memainkan peranan yang positif bagi kemajuan dan kesejahteraan Asia. Ia juga mengharapkan agar kunjungan pemimpin Jepang ini akan bermanfaat bagi Pemerintah dan rakyat Jepang dalam menentukan orientasi baru politik luar negerinya. (WNR)
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 93. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003