Presiden Soeharto Buka Konferensi Perbaikan Gizi[1]
SENIN, 22 Juli 1974 , Di Bina Graha pagi ini, Presiden Soeharto membuka Konferensi Kerja Nasional Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengulangi ajakan yang telah beberapa kali diserukannya yaitu agar masyarakat mulai mengadakan gerakan besar mengubah menu makanan ke arah yang lebih bermutu dan lebih beraneka ragam. Dikemukakannya bahwa perubahan menu makanan rakyat itu hanya bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat Indonesia, dan sama sekali tidak berarti bahwa kita harus beralih kepada jenis makanan yang tergolong mewah. Demikian Presiden Soeharto.
Dalam pada itu, hari ini Kepala Negara telah pula menyampaikan amanat tertulisnya pada pembukaan Seminar Transmigrasi Pramuka yang diselenggarakan di Bandung. Dalam amanat yang dibacakan oleh Menteri Tenaga Kerja, Koperasi dan Transmigrasi, Prof. Subroto, Presiden Soeharto menegaskan bahwa masalah yang paling berat yang kita hadapi bersama selama Pelita II adalah persoalan penduduk. Hal ini karena jumlah penduduk kita besar, pertumbuhannya cepat, penyebarannya tidak merata, dan struktur umurnya juga tidak menguntungkan.
Oleh sebab itu, menurut Kepala Negara, untuk dapat mempertahankan kesejahteraan yang ada, apalagi untuk meningkatkan kesejahteraan itu, kita membutuhkan usaha-usaha yang besar dan langkah yang mendesak. Dikemukakan pula oleh Presiden Soeharto bahwa sebagai akibat dari persoalan penduduk yang demikian, masalah penyediaan kesempatan kerja menjadi lebih mendesak lagi. Untuk itu, kebijaksanaan untuk memperluas kesempatan kerja antara lain berbentuk peningkatan program bantuan kabupaten, program pusat karya, BUTSI, dan transmigrasi. (AFR).
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1968-23 Maret 1978”, hal 139. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.