Presiden Soeharto Menghadiri Rapim ABRI
(Demokrasi dan Kemajuan Harus diletakkan di atas Kepribadian Pancasila)[1]
SABTU, 22 MARET 1975, Jam 11.00 pagi Presiden Soeharto menerima para peserta Rapim ABRI di Istana Merdeka. Pada kesempatan itu Kepala Negara telah mengamanatkan bahwa Indonesia memang harus bergerak kearah suatu masyarakat yang modern, demokratis, dan masyarakat yang mengejar prestasi serta menghargai kerja. Namun diingatkannya agar semua itu dikembangkan diatas kepribadian Indonesia sendiri yaitu, Pancasila. Oleh sebab itu, ia mengajak masyarakat luas. Para mahasiswa, pemuda, universitas, angkatan 45 dan lapisan-lapisan masyarakat lainnya untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada masalah penghayatan dan pengamalan Pancasila.
Menyangkut ABRI, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam perspektif pembangunan yang luas dan berjangka panjang. ABRI harus berperan dalam melaksanakan dan mengamankan pembangunan Indonesia dalam arti yang luas. Akan tetapi ditekankannya bahwa ABRI harus dapat menjalankan peranannya secara wajar dan sadar sebagai alat keamanan pertahanan, sebagai kekuatan soaial dan kekuatan pembangunan. Peranan yang demikian tidak berarti bahwa ABRI melaksanakan sendiri semuanya. Hal ini bukan saja tidak mungkin, malahan bertentangan dengan asas pembangunan kita. Diingatkan oleh Presiden bahwa pembangunan kita merupakan pembangunan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Oleh sebab itu ia berpesan agar ABRI senantiasa berpedoman pada landasan kepemimpinan
Usai mendampingi para peserta rapim ABRI menghadap Presiden. Menteri Hankam/pangab, Jenderal Pangabean, telah menemui Kepala Negara secara khusus. Dalam pertemuan ini telah dibicarakan masalah pengamanan-pengamanan anggota -anggota kontingen Indonesian dalam ICCS yang bertugas di Vietnam Selatan. Langkah pengamanan ini diperlukan mengingat serangan Vietcong semakin gencar dan semakin mendekati ibukota Vietnam Selatan, Saigon. (AFR)