Presiden Soeharto Sampaikan Amanat Akhir Tahun[1]
RABU, 31 DESEMBER 1975, Malam ini, melalui TVRI, Presiden Soeharto menyampaikan amanat penutup tahun 1975 dan menyambut tahun 1976. Kepala Negara mengambil kesempatan ini untuk menjelaskan secara panjang lebar tentang pendirian Indonesia menyangkut masalah Timor Timur. Dikatakannya bahwa apapun yang telah terjadi dan akan diputuskan oleh PBB mengenai Timor Timur, Indonesia tidak akan mungkin mengingkari kenyataan obyektif dan rasa keadilan. Ditekankannya bahwa Indonesia tidak mungkin berpangku tangan dalam menghadapi kemelut yang terjadi di bekas koloni Portugis yang berbatasan langsung dengan Indonesia itu, sebab keadaan di sana telah mengganggu dan dapat membahayakan keutuhan wilayah Republik Indonesia. Diingatkannya bahwa dengan telah terbentuknya pemerintah sementara di Timor Timur, maka Indonesia berharap bahwa rakyat di sana akan mendapat kesempatan yang adil dan jujur untuk menentukan masa depannya sendiri. Dalam rangka itulah Indonesia dengan tulus ingin memenuhi permintaan bantuan dari pemerintah sementara itu.
Kepala Negara juga mengingatkan bahwa Indonesia sudah sejak semula mendukung langkah-langkah dekolonisasi di bekas jajahan Portugal itu. Namun apa yang terjadi di sana kemudian adalah jauh dari apa yang diinginkan rakyatnya. Di sana muncul kelompok yang melakukan penindasan dengan kekerasan terhadap kelompok-kelompok lain yang berbeda pendapat dengannya, sehingga puluhan ribu pengungsi membanjiri wilayah Indonesia. Dalam pidato akhir tahun ini Kepala Negara juga menjelaskan tentang persoalan Pertamina. Menurut Presiden, Pertamina telah mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar utang hal ini karena investasi besar yang dilakukannya. Oleh karena itu pemerintah dengan segera mengambil langkah-langkah yang nyata untuk menertibkan dan menyehatkan keadaan Pertamina, agar tidak menjadi berlarut-larut.
Pada kesempatan itu Presiden juga berbicara mengenai perkembangan ekonomi Indonesia dalam tahun 1975. Dijelaskannya bahwa sejak tahun 1974 sampai awal 1975, keadaan perekonomian dunia mengalami kemerosotan, sebagai akibat dari adanya berbagai krisis ekonomi dan krisis energi. Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari situasi dunia yang buruk itu. Untuk menghadapi keadaan tersebut, maka usaha-usaha dan langkah-langkah dipusatkan agar situasi yang tidak menguntungkan itu tidak sampai membuat ekonomi Indonesia lumpuh dan menggagalkan pelaksanaan Repelita II. Akhirnya Kepala Negara mengungkapkan rasa syukurnya karena sampai sekarang ini keadaan ekonomi kita relatif masih baik. (WNR)
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 312. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003