Presiden Soeharto Meresmikan 10 Pabrik Kayu Lapis di Batu Gong Ambon[1]
RABU, 16 JANUARI 1985 Hari ini Presiden Soeharto meresmikan beroperasinya sepuluh pabrik kayu lapis bertempat di Batu Gong, Ambon. Kesepuluh pabrik ini telah dapat menampung 18.000 tenaga kerja, dan jika sudah beroperasi secara penuh, maka tenaga kerja yang dapat diserapnya akan bertambah hingga mencapai 25.000 orang. Pabrik-pabrik ini menghasilkan kayu lapis, kayu gergajian, papan, dan kayu olahan lainnya.
Dalam amanatnya, Presiden mengatakan bahwa kita harus berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan ekspor barang-barang diluar minyak bumi dan gas alam, bukan saja karena kita memerlukan devisa yang besar untuk makin menggerakkan pembangunan, tetapi kita juga harus terus berusaha untuk melepaskan diri dari ketergantungan penerimaan devisa kita pada ekspor minyak bumi dan gas alam. Dikatakannya bahwa ketergantungan penerimaan devisa yang besar kepada ekspor minyak dan gas alam mengandung kerawanan-kerawanan bagi kelanjutan pembangunan kita.
Selanjutnya dikemukakan Presiden bahwa dalam usaha kita mengolah hasil hutan itu, maka yang mutlak harus sekaligus kita lakukan adalah menjaga kelestarian hutan. Rutan tidak hanya berfungsi sebagai penghasil kayu belaka. Rutan mempunyai fungsi-fungsi lain yang sangat luas dan sangat penting dalam rangka memelihara kelangsungan kehidupan bangsa, seperti misalnya sebagai salah satu pengatur tata air, pemelihara kesuburan tanah dan sebagainya. Karena itu, kerusakan hutan akan mengakibatkan kerugian-kerugian yang besar, yang untuk memulihkannya akan memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.
Demikian antara lain dikatakan oleh Kepala Negara.(DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 276-277. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003