Presiden Soeharto Menerima Wakil Presiden Iran[1]
MlNGGU, 26 FEBRUARI 1989 Siang ini, pada jam 12.45, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden Iran, Mohammed Mir Salim. Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit itu telah dibahas empat pokok masalah, yaitu soal harga minyak, buku The Satanic Verses, perkembangan perang Iran-Irak, dan perdagangan imbal beli.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menekankan pentingnya OPEC selalu patuh pada kuota agar harga minyak dapat dipertahankan pada tingkat yang wajar dan menguntungkan semua anggota. Diingatkannya bahwa tingkat harga yang wajar itu diperlukan mengingat anggota-anggota OPEC membutuhkan dana hasil minyak itu untuk membiayai pembangunan. Menanggapi keterangan Wakil Presiden Iran tentang penghinaan yang telah dilakukan oleh buku The Satanic Verses terhadap Islam, Kepala Negara mengatakan bahwa ia telah menugaskan MUI untuk mempelajari dan meneliti buku itu. Bila memang menghina Islam, buku itu akan dilarang beredar di Indonesia.
Menyangkut perang Iran-Irak, Presiden menekankan lagi harapan Indonesia sebagai negara yang 88 persen penduduknya menganut Islam- agar perang tersebut segera dihentikan. Kepala Negara menghimbau agar Iran dan Irak dapat kembali membangun negara masing-masing. Sementara itu mengenai hubungan Indonesia dan Iran, Presiden Soeharto menekankan pentingnya kedua negara saling mengirim delegasi dagang, sehingga perdagangan imbal beli dapat segera diwujudkan. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 133-134. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003