1989-05-01 Presiden Soeharto Menerima Wapres AS Nyonya Quayle

Presiden Soeharto Menerima Wapres AS Nyonya Quayle [1]

 

SENIN, 1 MEI 1989 Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menerima kunjungan kehormatan Wakil Presiden AS dan Nyonya Quayle di Ruang Jepara, Istana Merdeka. Mereka beramahtamah selama lebih kurang dua puluh menit, sebelum Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Dan Quayle mengadakan pembicaraan. Wakil Presiden dan Nyonya Quayle tiba di Jakarta kemarin malam dalam rangka kunjungan resmi di Indonesia sebagai tamu Wakil Presiden Sudharmono.

Tepat pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto memulai pembicaraan dengan Wakil Presiden Dan Quayle. Pembicaraan yang semula dirancang selama 45 menit itu ternyata diperpanjang 30 menit, sehingga baru berakhir pada jam 10.15. Pembicaraan tersebut juga dihadiri oleh Menteri/Sekretaris Negara, Moerdiono, dan Duta Besar AS untuk Indonesia, Paul Wolfowitz.

Pembicaraan kedua pemimpin itu membahas banyak hal, termasuk masalah hubungan bilateral dan regional. Kepada Wakil Presiden AS itu, Presiden memberikan penjelasan tentang latarbelakang pemikiran bangsa Indonesia di bidang pembangunan serta dalam mengembangkan hubungan dengan negara lain. Juga dijelaskannya tentang konsepsi pertahanan nasional Indonesia dalam kaitannya dengan ketahanan regional. Mengenai tahap-tahap pembangunan Indonesia dari. masa awal Orde Baru sampai sekarang ini juga dikemukakan Presiden kepada tamunya itu.

Dalam pertemuan itu, Dan Quayle menyatakan penghargaannya yang tinggi terhadap prestasi pembangunan di Indonesia. Menyangkut masalah regional, Dan Quayle menyatakan dukungan AS terhadap langkah-Iangkah yang diambil ASEAN, termasuk Indonesia, dalam membantu menyelesaikan masalah Kamboja.

Di bidang bilateral, kedua pemimpin itu menganggap hubungan antara kedua negara mereka adalah sangat baik, sehingga mereka tidak melihat ada hal-hal yang dapat mengganggu hubungan kedua negara. Dalam bidang multilateral, Presiden Soeharto meminta perhatian AS mengenai penanganan penyelesaian hutang luar negeri negara-negara dunia. ketiga yang benar-benar memanfaatkan hutangnya untuk pembangunan dan berusaha membayar kembali hutang-hutang tersebut.

Setelah mengadakan pembicaraan dengan Wakil Presiden AS, Presiden Soeharto menerima Presiden Pemerintahan Koalisi Demokratik Kampuchea, Pangeran Sihanouk. Turut hadir dalam pembicaraan yang berlangsung di Istana Merdeka itu adalah Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Setelah berbicara selama lebih kurang satu jam dengan Presiden Soeharto, Pangeran Sihanouk mengatakan bahwa ia sekarang merasa lebih optimis dalam mencapai penyelesaian masalah Kamboja.

Pada jam 20.00 malam ini Presiden Soeharto menerima dua tokoh pemerintahan Kamboja dukungan Vietnam, yaitu PM Hun Sen dan Hornam Hong, di Cendana. Pertemuan tidak resmi itu berlangsung selama satu seperempat jam, tetapi tidak dikeluarkan sesuatu pernyataan mengenai pembicaraan tersebut. Hun Sen berada di Jakarta dalam rangka pertemuan dengan Pangeran Sihanouk. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 159-160. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.