Presiden Soeharto Menerima Kunjungan PM Jepang, Noboru Takeshita [1]
KAMIS, 4 MEI 1989 Perdana Menteri Jepang, Noboru Takeshita, sore ini tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan resmi sampai Sabtu pagi. Kedatangan PM dan Nyonya Takeshita disambut oleh Presiden dan Ibu Soeharto dalam suatu upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Setelah upacara kenegaraan yang antara lain ditandai oleh dentuman meriam 19 kali itu, Kepala Negara memperkenalkan tamunya kepada para pejabat tinggi Indonesia serta kepala perwakilan negara asing yang ikut menyambut kedatangannya. Selanjutnya, kedua tamu negara mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Ruang Jepara, Istana Merdeka.
Pukul 20.00 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan untuk menghormat PM dan Nyonya Takeshita di Indonesia. Jamuan yang diadakan di Istana Negara itu dilanjutkan dengan acara kesenian yang baru berakhir pada jam 23.30.
Dalam pidato selamat datangnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa jamuan yang diadakannya itu lebih dari penghormatan terhadap seorang tamu negara, seorang perdana menteri, karena malam ini adalah malam untuk menghormat seorang sahabat Indonesia. PM Takeshita digambarkan oleh Presiden Soeharto sebagai seorang yang didalam kesibukannya memimpin sebuah bangsa yang sedang memikul tanggungjawab internasional dalam suasana perkembangan dunia yang sangat dinamis, tetap menaruh perhatian yang begitu besar terhadap Indonesia.
Dalam pidatonya, Kepala Negara banyak menyinggung tentang hubungan yang sangat mendalam antara kedua negara. Presiden menilai bahwa sekalipun hubungan itu telah berlangsung begitu rupa, namun masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam hal ini Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa adalah kepentingan strategis dan vital kedua bangsa
untuk bersama-sama mengatasi kesulitan-kesulitan jangka pendek yang dihadapi Indonesia. Untuk masa datang, demikian ditegaskan Presiden, Indonesia tetap memandang penting hubungan ekonomi dan kerjasama bantu membantu antara kedua negara.
Selanjutnya Presiden memperinci bahwa pinjaman lunak, aliran modal, alih teknologi, bantuan pendidikan dan latihan serta terbukanya pasar Jepang yang lebih luas merupakan hal-hal yang perlu ditingkatkan di masa datang. Semuanya itu merupakan upaya-upaya penting untuk membangun sumber daya manusia, yang merupakan bagian penting dari Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun kedua Indonesia. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 161-163. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003