Presiden Soeharto Mengadakan Pembicaraan resmi dengan PM Takeshita[1]
JUM’AT, 5 MEI 1989 Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Takeshita di Istana Merdeka pagi ini. Pembicaraan yang dimulai pada jam 09.30 dan berakhir pada pukul 12.00 siang itu berlangsung-berlangsung dalam dua babak. Peserta dalam pembicaraan babak pertama adalah terbatas, sementara pertemuan babak kedua melibatkan lebih banyak pejabat tinggi dari kedua negara.
Disamping masalah bilateral, pembicaraan antara kedua kepala pemerintahan itu juga mencakup berbagai masalah regional dan internasional. Mengenai masalah regional, Takeshita mengatakan bahwa Jepang mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang diambil ASEAN dalam rangka membantu menyelesaikan masalah Kamboja. Sedangkan masalah internasional yang dibahas adalah mengenai perubahan besar dalam hubungan Timur-Barat.
Menyangkut hubungan bilateral Indonesia-Jepang, Presiden Soeharto meminta PM Takeshita untuk mengurangi tarif bea masuk ekspor barang-barang Indonesia ke negara itu. Sementara menjanjikan akan mempelajari persoalan tersebut, PM Takeshita menyatakan pula kesediaan pemerintahnya untuk mengabulkan permintaan bantuan yang diajukan pemerintah Indonesia sebesar US$2 miliar untuk tahun anggaran 1989/1990. la juga memberikan jaminan kepada Presiden bahwa kebijaksanaan Jepang terhadap Indonesia tidak akan berubah sekalipun nanti ia tidak lagi menjadi perdana menteri. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 163. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003