Presiden Soeharto Menginstruksikan Inventarisasi Kemampuan Industri Barang Modal Dalam Negeri[1]
RABU, 17 MEI 1989 Presiden Soeharto memerintahkan Menteri Muda Perindustrian Tungky Ariwibowo untuk menginventarisasi kemampuan industri barang modal di dalam negeri, kemudian dikonsolidasikan supaya dapat dimanfaatkan secara merata dan efisien. Menurut Kepala Negara, masing-masing industri jenis itu perlu mengarah ke spesialisasi, sehingga satu pabrik tidak perlu membuat seluruh komponen. Diharapkannya pula agar industri lain sedapat mungkin menggunakan barang modal dan alat-alat produksi dalam negeri, kecuali kalau memang barang itu belum mampu dibuat di Indonesia.
Demikian diungkapkan oleh Ir Tungky Ariwibowo setelah diterima Kepala Negara di Bina Graha siang ini. Ia menghadap Presiden untuk melapor tentang pengembangan industri barang modal (engineering industry). Dikatakannya bahwa setelah cukup sukses memajukan industri konsumsi dan industri barang setengah jadi, Indonesia kini ingin mengembangkan industri barang modal. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 165-166. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003