Menuju Tanah Air, Presiden Soeharto Memberi Keterangan Pers Kepada Para Wartawan [1]
MINGGU, 11 JUNI 1989 Siang ini, pada pukul 12.30 waktu setempat, Presiden Soeharto dan rombongan meninggalkan Jenewa untuk kembali ke tanah air. Dalam penerbangan pulang, Kepala Negara memberikan wawancara kepada para wartawan yang menyertai perjalanannya.
la antara lain menegaskan bahwa kalau pemerintah selalu menyatakan bahwa Indonesia memerlukan stabilitas nasional, maka hal itu bukan berarti pemerintah selalu ingin mengurangi kebebasan dan hak-hak asasi yang dimiliki oleh perorangan atau golongan. Dijelaskannya bahwa stabilitas nasional merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan untuk mengamankan jalannya pembangunan nasional di berbagai bidang. Pembangunan nasional itu sendiri merupakan amanat rakyat yang memang harus diamankan agar bisa terlaksana dengan baik. Jadi, demikian Presiden, dalam keadaan bagaimanapun juga, pembangunan harus bisa jalan.
Ditambahkannya, pembangunan, termasuk program kependudukan dan KB, pada dasarnya bertujuan menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dengan begitu, program KB bukan semata-mata program untuk membatasi penduduk, melainkan untuk mengendalikan jumlah penduduk agar kehidupannya bisa menjadi lebih baik. Dengan melaksanakan program KB terus-menerus, pada suatu saat penduduk Indonesia tidak mengalami pertumbuhan lagi, melainkan berada pada posisi stasioner atau tetap.
Presiden juga mengungkapkan aspek bilateral dari percakapan yang dilakukannya dengan Presiden Bush. Kesempatan itu antara lain dimanfaatkannya untuk meluruskan kekeliruan pandangan pejabat-pejabat AS yang menilai bahwa dengan mampunya Indonesia membayar kembali utang kepada AS, maka Indonesia tidak mempunyai masalah dana. Pandangan ini dianggap keliru oleh Presiden Soeharto yang mengatakan bahwa kita memang tidak mempunyai masalah dengan AS karena mata uang AS tidak mengalami apresiasi. Tetapi kita bermasalah dengan negara-negara kreditor lain yang mata uangnya mengalami apresiasi terhadap dollar AS.
Menurut Kepala Negara, Presiden Bush dapat menghargai penjelasan itu dan berjanji akan memberi perhatian pada kesulitan ekonomi yang masih dihadapi Indonesia. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 177-178. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003