Memimpin Sidang Kabinet, Presiden Soeharto Memperoleh Laporan Perkembangan Ekspor [1]
RABU, 5 JULI 1989 Mulai pukul 10.15 pagi ini, selama dua jam, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Kepada sidang dilaporkan bahwa ekspor Indonesia pada April 1989 mencapai US$1,78 miliar atau meningkat 14,9% dibandingkan dengan keadaan pada April 1988. Karena jumlah impor adalah sebesar US$1,30 miliar, maka selama April tahun ini terjadi surplus sebesar US$480 juta.
Keseluruhan ekspor Indonesia dalam tahun anggaran 1988/1989 tercatat sebesar US$19,57 miliar atau meningkat 6,8% dibandingkan dengan tahun anggaran sebelumnya. Sementara itu realisasi impor dalam tahun anggaran yang sama mencapai US$13,90 miliar atau meningkat 10,3%. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia dalam tahun anggaran 1988/1989 mengalami surplus sekitar US$5,67 miliar.
Ekspor non-migas dalam tahun anggaran itu mencapai US$12,05 miliar atau 61,6% dari keseluruhan nilai ekspor. Dengan demikian nilai ekspor non-migas tahun terakhir Pelita IV, yang semula diperkirakan US$11,23 miliar, telah terlampaui sekitar US$820 juta atau 7,3%.
Sidang menilai bahwa pengembangan industri nasional saat ini cukup menggembirakan. Namun demikian, Presiden menghendaki agar perkembangan itu terus ditindaklanjuti dengan berbagai usaha yang dikaitkan dengan bidang pemasarannya. Dalam hubungan ini Kepala Negara meminta agar tetap menggunakan produksi dalam negeri didalam pengadaan barang tender. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 183-184. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003