1990-03-21 Presiden Soeharto Meresmikan Kilang Pencairan Gas Bumi di Bontang

Presiden Soeharto Meresmikan Kilang Pencairan Gas Bumi di Bontang [1]

RABU, 21 MARET 1990 Presiden dan Ibu Soeharto hari ini melakukan kunjungan kerja sehari di Kalimantan Timor dalam rangka peresmian kilang pencairan gas bumi Train E di Bontang. Proyek yang mampu menghasilkan 2,3 juta ton LNG dan 104.000 ton LPG per tahun ini dibiayai dengan dana dari sumber-sumber di Jepang dan AS. Sebahagian dari produksi LNG, yaitu sebanyak 1,5 juta ton per tahun diekspor ke Taiwan dengan masa kontrak selama 20 tahun. Setelah acara peresmian, Kepala Negara dan Ibu Soeharto meninjau pusat pengendalian operasi Train E, dan selanjutnya menuju ke dermaga I untuk melepas ekspor perdana LNG ke Taiwan.

Dalam amanatnya, Presiden antara lain mengatakan bahwa di masa depan masalah energi akan menjadi lebih peka, karena makin ketatnya keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan. Karena itu kita perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengelola gas bumi sebagai sumber kekayaan yang amat berharga. Untuk itu pemerintah menggariskan beberapa pokok kebijaksanaan pengelolaan gas bumi.

Pertama, mengingat kebutuhan energi dalam negeri yang makin meningkat, maka kita harus mencadangkan gas bumi kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sejauh mungkin ke depan. Untuk itu sumber sumber gas bumi yang berada di sekitar pusat-pusat konsumsi seperti Pulau Jawa, sebaiknya dicadangkan untuk kebutuhan dalam negeri. Kedua, penggunaan gas dalam rangka diversifikasi energi perlu terus dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Salah satu yang harus menjadi sasaran adalah mengkonversikan gas menjadi BBM.

Ketiga, kita juga harus mendorong ditemukannya cadangan-cadangan gas bumi yang baru, disamping cadangan-cadangan minyak bumi lama, karena cadangan gas yang ada masih kurang mencukupi untuk kebutuhan jangka panjang. Keempat, dalam pembangunan berbagai proyek untuk memanfaatkan gas bumi, kita harus mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri. Khususnya dalam membangun kilang-kilang LNG selanjutnya, kita harus sudah menggunakan kemampuan nasional untuk membangunnya. Tetapi hal itu tidak berarti kita tidak boleh memanfaatkan teknologi dan peralatan dari luar yang belum kita kuasai sepenuhnya atau belum mampu kita buat sendiri.­ (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 284-285. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.