Presiden Soeharto Menyambut Kunjungan PM Jepang [1]
JUM’AT, 4 MEI 1990 Sore ini, pada jam 16.45, Presiden dan Ibu Soeharto menggelar upacara kebesaran militer di halaman Istana Merdeka untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang dan Nyonya Sachiyo Kaifu. Setelah upacara penyambutan kenegaraan, Perdana Menteri dan Nyonya Kaifu mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Ruang Jepara Istana Merdeka. Pasangan pemimpin pemerintahan Jepang beserta rombongan akan berada di Indonesia sampai hari Minggu pagi.
Malam ini, bertempat di Istana Negara, Presiden dan Ibu Suharto menyelenggarakan jamuan santap malam resmi untuk menghormat kunjungan PM Toshiki Kaifu beserta rombongan. Acara santap malam yang dimulai pada jam 20.00 dan berakhir pada menjelang tengah malam itu dilengkapi dengan pertunjukan kesenian.
Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa meskipun terdapat perbedaan yang besar pada tingkat kemajuan ekonomi dan penguasaan teknologi, namun kedua bangsa kita berhasil mengembangkan pola kerjasama yang dapat membuka peluang yang besar bagi kemajuan masing-masing. Disamping karena kedua bangsa kita memiliki potensi-potensi untuk saling membantu, maka pola-pola kerjasama yang kita kembangkan selama ini terutama didorong oleh tekad untuk memberi isi yang nyata kepada tulusnya nilai-nilai persahabatan kita. Kerjasama yang berkembang dari hubungan persahabatan itu tidak kita dasarkan pada perhitungan untung rugi jangka pendek, melainkan atas tujuan-tujuan jangka panjang yang lebih langgeng dan kokoh.
Menyinggung mengenai perkembangan pembangunan Indonesia, Presiden mengatakan bahwa mulai Repelita V sekarang ini Indonesia menemukan momentum bam untuk melangkah maju lebih pesat. Dengan memantapkan swasembada pangan dan melanjutkan pembangunan pertanian, maka industri Indonesia berhasil memasuki awal kebangkitannya. Struktur ekonominya makin seimbang pada tingkat yang lebih tinggi. Penerimaan negara dan penerimaan devisa dapat ditingkatkan dan disehatkan, dengan terus membesarnya peranan sektor non-migas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup memadai, bersamaan dengan bertambah baiknya tingkat kesejahteraan dan meluasnya pemerataan.
Namun, demikian Kepala Negara, Indonesia juga menyadari masih besarnya tantangan-tantangan yang dihadapi, terutama perluasan kesempatan kerja, kesehatan, pendidikan, perumahan, peningkatan pendapatan dan pengembangan sumber daya insani pada umumnya. Indonesia juga menyadari pula beratnya tantangan yang ada dihadapannya, terutama karena perkembangan ekonomi dunia yang tidak menguntungkan pembangunannya. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 298-299. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003