Presiden Soeharto Melakukan Pertemuan Lanjutan dengan PM Jepang [1]
SABTU, 5 MEI 1990 Selama hampir tiga jam, mulai pukul 10.00, pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dua babak dengan PM Kaifu di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan tersebut, kedua pemimpin pemerintahan itu telah membahas berbagai masalah bilateral, disamping masalah regional dan internasional. Kepada PM Toshiki Kaifu, Presiden menjelaskan mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Misalnya apresiasi nilai sejumlah mata uang asing terhadap dollar Amerika yang telah memberatkan beban pembayaran utang luar negeri, ditambah lagi dengan bunganya. Kemerosotan harga minyak di pasaran internasional telah pula menyebabkan penerimaan luar negeri Indonesia menjadi berkurang.
Disamping itu Presiden juga menguraikan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan masih perlunya bantuan luar negeri untuk memperlancar jalannya pembangunan. Presiden juga menyatakan menyambut baik keinginan Universitas Kyoto untuk mendirikan salah satu radar raksasa di Bukit tinggi, Sumatera Barat, untuk menjaga kelestarian hutan dan upaya menjaga keadaan cuaca di dunia. Untuk itu diharapkan agar pemerintah Jepang dapat membantu pembangunannya, mengingat terbatasnya keuangan Indonesia.
Dalam pembicaraan tersebut, PM Kaifu menyatakan kesediaannya secara umum membantu Indonesia untuk memperlancar pembangunannya. Akan tetapi ia belum dapat menentukan jumlah bantuan yang akan diberikan, termasuk bantuan khusus, karena akan diperinci dalam sidang IGGI yang akan datang di Den Haag. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 299-300. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003