Menerima Utusan Khusus Raja Fahd, Presiden Soeharto Memperlihatkan Rasa Tidak Puas Atas Penjelasan Tragedi Mina [1]
SELASA, 17 JULI 1990 Menteri Perindustrian dan Listrik Arab Saudi, Abdul Aziz Al Zamil, pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka sebagai utusan khusus Raja Fahd.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Menteri Agama Munawir Sjadzali itu, ia menyampaikan sepucuk surat dan rasa belasungkawa dari Raja Fahd sehubungan dengan terjadinya musibah terowongan Al Mu’aisim di Mina yang menewaskan ribuan jamaah haji, termasuk dari Indonesia. Kepada Kepala Negara dijelaskannya bahwa peristiwa tersebut terjadi bukan sebagai akibat dari adanya ledakan, demonstrasi, padamnya lampu atau matinya blower.
Presiden memperlihatkan rasa tidak puasnya terhadap penjelasan yang demikian. Dikatakannya kepada utusan tersebut bahwa ia percaya, pemerintah Arab Saudi telah berbuat banyak untuk meningkatkan pelayanan jamaah haji, tetapi pelayanan itu perlu ditingkatkan dengan semakin meningkatnya jumlah jamaah haji setiap tahunnya.
Peningkatan itu hanya mungkin dilakukan apabila kita mengetahui sebab-sebab terjadinya musibah. Itulah yang ingin diketahui oleh Indonesia dari pemerintah Arab Saudi, agar peristiwa serupa tidak lagi berulang. Dalam hubungan ini Presiden antara lain mengusulkan agar pemerintah Arab Saudi membangun satu terowongan lagi. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 321. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003