Sidang Kabinet, Presiden Soeharto Meminta Peningkatan Ekspor Komoditi Non Migas [1]
RABU, 3 APRIL 1991 Pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Sidang hari ini memutuskan bahwa pemerintah menyediakan cadangan anggaran pembangunan sebesar Rp 2 triliun pada RUU Tambahan dan Perubahan (TP) atas APBN 1990/1991.
Cadangan anggaran ini bisa dimanfaatkan pada tahun anggaran 1991/1992, jika harga minyak serta bantuan luar negeri menurun.
Didalam sidang hari ini dilaporkan bahwa inflasi selama Maret mencapai 0,03%, sehingga tingkat inflasi selama tahun anggaran mencapai 9,11 %, dan inflasi dalam tahun takwim adalah 1,9%. Dilaporkan pula bahwa nilai ekspor selama bulan Januari mencapai US$2,4 miliar.
Jika dibanding dengan impor yang sebesar US$1,8 miliar, maka terdapat surplus sebesar US$644 juta. Ekspor itu terdiri atas migas US$1,1 miliar, dan komoditi non-migas sebesar US$1,3 miliar.
Komoditi utama Indonesia dalam kelompok non-migas adalah tekstil dan produk tekstil yang pada tahun silam mencapai US$2,9 miliar, dibanding dengan kayu lapis yang mencapai US$2,7 miliar.
Setelah mendengarkan berbagai laporan tentang perekonomian di dalam negeri, Presiden meminta agar peningkatan ekspor komoditi non-migas tetap menjadi perhatian utama.
Kepala Negara juga mengingatkan bahwa penjualan saham perusahaan swasta yang mampu kepada koperasi harus diteruskan. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 415. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003