1991-08-16 Pidato Kenegaraan, Presiden Soeharto: Pancasila dan UUD 1945 Kita Pahami dan Kita Terapkan Secara Kritis

Pidato Kenegaraan, Presiden Soeharto: Pancasila dan UUD 1945 Kita Pahami dan Kita Terapkan Secara Kritis [1]

 

JUM’AT, 16 AGUSTUS 1991 Pada jam 08.30 pagi ini, Presiden Soeharto menyampaikan pidato kenegaraan di depan sidang paripurna DPR di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta.

Dalam pidato selama lebih kurang dua jam itu, Kepala Negara antara lain menegaskan bahwa keterbukaan bukanlah hal baru bagi kita.

Pancasila dan UUD 1945 kita pahami dan kita terapkan secara kritis, kreatif dan dinamis agar selalu dapat menjawab tantangan dan kesempatan-kesempatan baru yang ada di hadapan kita.

Tujuan akhirnya adalah agar dapat mengantarkan bangsa ini kepada tujuan terwujudnya masyarakat yang maju, sejahtera, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila.

Dikatakannya bahwa dalam mencari bentuk-bentuk yang makin nyata dari gagasan-gagasan dasar yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itulah ia melihat makna dari dialog-dialog nasional yang akhir-akhir ini berlangsung di tengah-tengah kita.

Dialog-dialog itu bersifat positif sepanjang tetap berjalan pada arah yang ditunjukkan oleh Pancasila dan UUD 1945, menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dan memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional.

Menurut Presiden, dialog-dialog yang positif dan konstruktif menandakan adanya kebebasan, yang merupakan bagian penting dari demokrasi.

Keterbukaan adalah jaminan bagi kebebasan. Tetapi kebebasan juga harus disertai tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab kebebasan adalah anarki, yang akhirnya akan menghancurkan demokrasi.

Di bidang ekonomi, Presiden mengatakan bahwa di tengah-tengah gejolak internasional, kita harus berbesar hati karena ekonomi kita tumbuh dengan cukup mantap.

Dalam tahun 1990, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,4%, sama seperti tahun sebelumnya.

Apabila kita hanya melihat pada sektor-sektor di luar migas, maka pertumbuhannya secara keseluruhan mencapai 7,9%. Ini makin membesarkan hati, karena sektor-sektor itu merupakan sumber mata pencaharian dari bagian terbesar rakyat kita.

Selanjutnya dikemukakan bahwa kenyataan bahwa ekonomi kita dapat terus tumbuh dalam suasana ekonomi dunia yang bergejolak, menandakan bahwa dalam tahun 1990 yang lalu sumber penggerak utama kegiatan ekonomi terutama berasal dari dalam negeri sendiri.

Penggerak utama itu adalah kegiatan investasi di dalam negeri yang sangat meningkat. Hal ini sangat menggembirakan. Tetapi, bersamaan dengan itu juga menimbulkan masalah.

Kita memang memerlukan investasi untuk melanjutkan dan meningkatkan pembangunan. Namun investasi yang meningkat sangat pesat bukan tanpa masalah.

Investasi perlu dukungan prasarana. Akhir-akhir ini kita mulai merasakan adanya tekanan-tekanan pada prasarana yang tersedia, seperti listrik, pelabuhan, telekomunikasi. Investasi juga memerlukan pembiayaan.

Dalam suasana keterbatasan dana, sangat penting bagi kita untuk tetap memelihara kebersamaan. Dana yang ada seyogianya tidak digunakan hanya untuk membiayai proyek-proyek yang besar.

Proyek-proyek sedang dan kecil serta kebutuhan usaha-usaha menengah dan kecil perlu memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan dana yang tersedia.

Memang harus kita sadari bahwa dalam suasana seperti ini tidak semua keinginan atau rencana dari para pengusaha akan terpenuhi. Masing-masing harus bersedia menahan diri untuk kepentingan bersama. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 448-450. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.