1991-10-05 Hari ABRI, Presiden Soeharto: ABRI Harus Memahami Tanda-Tanda Zaman

Hari ABRI, Presiden Soeharto: ABRI Harus Memahami Tanda-Tanda Zaman [1]

 

SABTU, 5 OKTOBER 1991 Pagi ini pukul 08.00, Presiden Soeharto menghadiri peringatan hari ulang tahun ABRI yang ke-46 yang diadakan di lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta.

Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa dengan arif dan bijaksana ABRI harus dapat memahami tanda-tanda zaman. Ada saat-saat ABRI harus mengambil posisi “ing ngarso sung tulodo“.

Ada pula saat-saat ABRI harus “tut wuri handayani“.

Apapun peranan dan posisi yang diambil ABRI, maka sasarannya adalah mantapnya landasan pembangunan nasional agar bangsa kita dapat tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri.

Di bagian lain amanatnya, Presiden dewasa ini kita telah berada di ambang era baru dalam pembangunan, yaitu era tinggal landas.

Era baru ini menghendaki keterlibatan aktif, kreatif dan dinamis dari seluruh kekuatan pembangun bangsa kita yang telah mulai tumbuh dan berkembang dalam proses pembangunan nasional selama ini.

Kekuatan-kekuatan pembangun ini memerlukan ruang gerak yang cukup untuk menumbuhkan prakarsa dan kreativitas.

Menurut Kepala Negara, membangkitkan prakarsa dan kreativitas masyarakat ini sejalan dengan hakikat pembangunan nasional kita, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Pembangunan nasional kita memang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Ini berarti, pembangunan kita harus berorientasi kemanusiaan dan mengandalkan kekuatan sumber daya manusia Indonesia sendiri.

Oleh karena itu, seluruh jajaran keluarga besar ABRI diminta Kepala Negara untuk mengamankan kebijaksanaan nasional itu.

Dikatakan lebih jauh oleh Presiden bahwa pengamanan itu diwujudkan dengan menciptakan ruang gerak, kondisi dan peluang yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas dan prakarsa kekuatan-kekuatan pembangun bangsa kita.

Pangamanan itu juga harus dilakukan dengan mendayagunakan seluruh kemampuan keluarga besar ABRI sendiri untuk mensukseskan tercapainya sasaran-sasaran pembangunan.

Ditegaskan oleh Kepala Negara bahwa tugas ini adalah tugas sejarah yang besar bagi generasi penerus ABRI. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 464-465. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.