Presiden Soeharto Menerima Laporan Forum East Asia Economic Caucus dan Uruguay Round [1]
RABU, 15 JANUARI 1992 Peserta KTT ASEAN di Singapura perlu membahas masalah kehadiran Forum East Asia Economic Caucus (EAEC), karena Jepang yang diharapkan menjadi anggota hampir dipastikan tidak akan menjadi anggota forum tersebut akibat desakan AS.
Belum jelas apakah EAEC akan jalan terus walaupun Jepang yang diharapkan akan menjadi anggota inti tidak turut serta kata Menteri Perdagangan Arifin Siregar kepada pers, setelah melaporkan persiapan KTT ASEAN kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka hari ini.
Negara-negara yang diusulkan menjadi anggota EAEC adalah keenam anggota ASEAN, Jepang, Korea Selatan dan RRC.
Mendag Arifin Siregar mengatakan, kepada Kepala Negara juga dilaporkan perkembangan perundingan perdagangan multilateral Uruguay Round yang dilaksanakan oleh negara penanda tangan GATT.
Ia mengatakan Dirjen GATT Arthur Dunkel pada bulan Desember tahun 1991 telah mengeluarkan laporan mengenai kemajuan perundingan ini. Salah satu hambatan adalah belum tercapainya kesepakatan mengenai subsidi pertanian.
Indonesia sangat berkepentingan terhadap keberhasilan perundingan ini. Jika Uruguay gagal maka negara-negara besar akan cenderung memaksakan keinginan mereka kepada mitra dagang mereka khususnya negara-negara berkembang termasuk Indonesia, maka akan terjadi bilateralisme.
Namun sebaliknya jika Uruguay Round berhasil maka Indonesia harus bersedia membuka pasarannya lebih lebar baik komoditi maupun jasa, ini perlu dilakukan karena pada perundingan itu terjadi saling memberi dan menerima (take and give).
Setelah mendengarkan laporan mengenai perundingan multilateral itu, Kepala Negara mengatakan Indonesia perlu menyiapkan diri baik jika Uruguay Round berhasil maupun gagal. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 507-508. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003