1992-02-13 Menerima Surat Kepercayaan Dubes Belanda, Presiden Soeharto: Penting Menghargai Nilai-Nilai Luhur Masing-Masing Negara

Menerima Surat Kepercayaan Dubes Belanda, Presiden Soeharto: Penting Menghargai Nilai-Nilai Luhur Masing-Masing Negara   [1]

 

KAMIS, 13 FEBRUARI 1992 Pada pukul 09.45 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Kerajaan Belanda, JH Robert Dudly van Roijen, di Istana Merdeka.

Menyambut pidato Duta Besar van Roijen, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam dunia yang makin menjadi satu terasa makin penting makna saling pengertian dan saling menghormati antar negara.

Juga penting sekali menghargai nilai-nilai dasar yang dianut oleh masing-masing negara.

Tentu saja ada nilai universal yang hakiki seperti tentang hak-hak asasi manusia, tentang demokrasi dan tentang kebebasan. Akan tetapi semua itu hanya dapat tumbuh subur diatas nilai-nilai dasar yang dianggap luhur oleh suatu bangsa.

Ditegaskan oleh Presiden bahwa hak-hak asasi, demokrasi dan kebebasan yang bersumber pada nilai-nilai dari luar tidak akan dapat tumbuh subur di suatu negara. Tidak ada satu bangsa pun yang wajib menerapkan nilai-nilai kehidupan yang tidak dipahami dan tidak sesuai dengan nilai-nilai dasar yang mereka anggap luhur. Jika hal itu dipaksakan, maka sama saja dengan mengingkari hak-hak asasi manusia itu sendiri dan hak-hak asasi suatu negara berdaulat.

Lebih jauh Presiden mengatakan bahwa sebagai bangsa yang lahir dari perang kemerdekaan untuk mengusir penjajahan yang merampas hak-hak asasinya selama ratusan tahun, kami sangat menjunjung tinggi makna kemerdekaan dan harga diri.

Pembangunan yang sedang giat-giatnya kami lakukan dewasa ini kami pandang sebagai bagian dari perjuangan kami untuk memajukan diri dan meratakan kesejahteraan, yang tertinggal jauh di belakang oleh warisan penjajahan masa lampau.

Ditegaskannya, Indonesia bertekad untuk membangun dengan kekuatan sendiri, membangun menurut arah dan cara yang dipandangnya tepat.

Namun Indonesia juga menyadari arti penting dari kerjasama dan bantuan negara-negara lain untuk mempercepat jalannya pembangunan itu, tanpa mengorbankan prinsip dasar sebagai negara yang berdaulat.

Ditandaskan-nya pula bahwa sebagai bangsa yang sedang membangun di segala bidang, kamilah yang paling tahu mengenai tantangan, keterbatasan dan kekurangan kami. (DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 515-516. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.