Hari Raya Nyepi, Presiden Soeharto: Hindari Persaingan yang Negatif [1]
KAMIS, 9 APRIL 1992 Pukul 19.30 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara Dharma Canti Hari Raya Nyepi yang diselenggarakan di Manggala Wanabhakti, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Korpri dan Parisada Hindu Dharma.
Dalam kata sambutannya, Kepala Negara antara lain mengharapkan agar organisasi keagamaan dapat memperluas cakrawala pandangan umat beragama di Indonesia.
Sebab, pandangan yang sempit, yang hanya melihat dan mementingkan diri sendiri, mudah sekali menjerumuskan masing-masing golongan kedalam sikap sektarian yang sangat mengganggu kebersamaan kita sebagai bangsa. Hal ini dirasakan perlu ditekankan oleh Presiden, karena sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum.
Dikatakannya bahwa dalam persaingan merebut simpati rakyat adalah wajar-wajar saja jika setiap organisasi politik berlomba menyodorkan kelebihan mereka masing-masing.
Presiden mengharapkan organisasi-organisasi keagamaan di tanah air dapat berperan positif untuk menyadarkan rakyat agar tidak terjerumus kedalam persaingan negatif yang akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Yang perlu dilakukan, paling tidak, adalah menghindari penggunaan masalah-masalah keagamaan sebagai bahan kampanye untuk merebut dukungan rakyat.
Akhirnya Kepala Negara menyatakan keyakinannya bahwa kita semua akan bertindak penuh kearifan dan kewaspadaan untuk menyukseskan pemilihan umum yang akan datang, demi tercapainya cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Pancasila, masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 531-532. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003