Presiden Soeharto Menyerahkan Bahan-Bahan GBHN[1]
SENIN, 22 JUNI 1992 Siang ini, pada jam 12.00, Presiden Soeharto menyerahkan bahan-bahan GBHN kepada PPP, Golkar, PDI, ABRI dan Daerah. Acara penyerahan itu berlangsung di Istana Merdeka dan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Rudini dan Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono. Perlu dicatat bahwa penyerahan naskah ini merupakan suatu perkembangan baru dalam sistem politik kita, sebab pada masa-masa sebelumnya Presiden Soeharto menyerahkannya secara langsung kepada MPR.
Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa bahan bagi penyusunan GBHN 1993 yang diserahkannya itu tidaklah bersifat final, sehingga masih bisa disempurnakan. Sekalipun demikian, Kepala Negara mengharapkan GBHN tahun 1993 hendaknya dapat dicapai dengan musyawarah-mufakat. Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam itu, Presiden menyampaikan keyakinannya bahwa jika semua pihak di MPR benar-benar menghayati Demokrasi Pancasila, maka MPR pasti akan bisa menyusun GBHN dengan lancar.
Malam ini Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan jamuan kenegaraan untuk menghormat Presiden Islam Karimov dan rombongan. Dalam acara yang berlangsung di Istana Negara itu, Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa Indonesia menyambut gembira kemerdekaan Uzbekistan, karena sesuai dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dikatakan pula oleh Kepala Negara bahwa Indonesia memegang teguh tekad untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama yang saling memberi manfaat, saling menghormati secara tulus kedaulatan negara lain dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri; tanpa membeda-bedakan sistem politik atau sistem sosial yang dianut masing-masing negara.
Sementara itu, membahas pidato Presiden Soeharto, Presiden Karimov mengatakan bahwa kedua negara bisa menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi baik melalui peniogkatan ekspor maupun investasi. Diharapkannya agar wakil-wakil dari Indonesia dapat memperluas kerjasama dengan Uzbekistan, dimana terdapat pasar yang potensial bagi berbagai barang buatan Indonesia, seperti barang-barang konsumsi. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 552-554. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003