Pidato Kenegaraan, Presiden Soeharto: Konsep Hak Asasi yang Kita Anut adalah Penjabaran Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab [1]
KAMIS, 16 AGUSTUS 1990 Pada pukul 10.00 pagi ini, selama dua setengah jam, Presiden Soeharto menyampaikan pidato kenegaraan pada sidang paripurna DPR di Senayan, Jakarta. Dalam pidatonya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa di tahun-tahun yang akan datang tugas bersama kita adalah memelihara stabilitas nasional yang dinamis, dengan makin mengembangkan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sejalan dengan itu kita perlu mengembangkan hak-hak asasi. Konsep hak asasi yang kita anut adalah penjabaran dari sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang disemangati oleh sila-sila lainnya dari Pancasila. Konsep hak asasi manusia yang kita anut bertitik tolak dari keluhuran martabat manusia secara menyeluruh, disamping martabat seorang demi seorang. Oleh karena itu paham hak asasi kita tidak individualis, yang mengabaikan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Dikatakannya bahwa dalam persiapan untuk makin membangkitkan kemampuan, prakarsa dan kreativitas masyarakat kita menyongsong tahap tinggal landas nanti, dari sekarang kita harus bersiap-siap agar peranan potensi, kebutuhan dan dinamika masyarakat kita justru terletak di daerah tingkat II, sehingga tidak mungkin dan tidak perlu lagi semuanya ditentukan pada tingkat pemerintahan yang lebih atas. Tentu saja diperlukan wawasan yang mantap mengenai persatuan dan kesatuan bangsa kita, agar peranan yang makin besar bagi pemerintah daerah tingkat II itu tetap berkembang dalam rangka Negara Kesatuan RI.
Dalam bagian lain pidatonya, Presiden mengatakan bahwa pembangunan yang sedang kita laksanakan bersama sekarang ini memang tidak bisa terpisah dari perkembangan dunia pada umumnya. Sebaliknya, pembangunan kita pun ada pengaruhnya terhadap perkembangan dunia. Tahap tinggal landas pembangunan kita nanti akan berlangsung pada tahun-tahun terakhir abad sekarang dan tahun-tahun awal abad ke-21. Abad yang akan datang itu merupakan abad yang sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dalam usaha semua bangsa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya masing-masing. Karena itu, jauh-jauh sebelum kita memasuki tahap tinggal landas, kita telah mulai menyiapkan sarana dan prasarana dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selanjutnya Presiden memaparkan hasil-hasil yang telah kita capai dalam pembangunan ekonomi, khususnya sampai dengan pelaksanaan tahun pertama Repelita V. Dikatakannya bahwa tahun pertama Pelita V ternyata mencatat hasil-hasil yang menggembirakan. Laju pertumbuhan ekonomi di dalam negeri dalam tahun 1989 mencapai 7,4%. Ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi yang dapat kita capai dalam kurun Waktu delapan tahun terakhir. Sektor-sektor ekonomi di luar migas, yang langsung menentukan kehidupan sebagian besar rakyat, tumbuh lebih cepat lagi, yaitu 8,2%. Tempo kegiatan ekonomi kita selama beberapa tahun terakhir ini memang mengalami percepatan.
Penggerak utama dari pertumbuhan ini adalah ekspor non-migas yang terus meningkat. Akhir Repelita III hanya 27% dari ekspor kita adalah komoditi-komoditi non-migas. Sekarang komoditi-komoditi ini mencakup 60% dari seluruh ekspor kita. Dalam tahun 1989/1990, ekspor non-migas mencapai hampir US$14,5 miliar atau meningkat sebesar 19% dari tahun sebelumnya. Hasil-hasil industri meningkat pesat, termasuk hasil-hasil industri kecil dan sedang. Berbagai komoditi baru muncul dalam daftar ekspor kita.
Di tahun-tahun yang akan datang kita harus terus meningkatkan ekspor dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Untuk itu perlu dibangun kapasitas-kapasitas produksi baru. Ini berarti kita memerlukan penanaman modal baru. Dalam hubungan ini, selama tahun 1989/1990 telah disetujui 975 proyek baru PMDN, dengan nilai sebesar Rp21,2 triliun. Jumlah proyek itu mengalami peningkatan sebesar 15,7% dari tahun tahun sebelumnya, sedangkan dari segi nilai investasi terjadi peningkatan sebesar lebih dari dua kali lipat. Proyek PMA baru yang disetujui juga sangat meningkat, yaitu mencapai 338 proyek dengan nilai hampir US$4,4 miliar.
Peningkatan kegiatan ekonomi dalam tabun 1989 tersebar di semua sektor. Sektor-sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, perhubungan, bangunan, listrik dan jasa-jasa kesemuanya mengalami kenaikan. Dengan didukung oleh panen yang baik, sektor pertanian tumbuh lebih dari 4%. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian kita makin tangguh. Sektor industri mampu memanfaatkan pasaran ekspor yang luas dan memperlihatkan kemampuannya sebagai penggerak perekonomian yang andal. Sektor-sektor lainnya juga dapat mengimbangi irama pembangunan yang makin cepat.
Sementara itu, kita dapat menyelesaikan pembangunan banyak proyek, terutama karena tercapainya sasaran-sasaran penerimaan negara. Penerimaan dalam negeri dari sumber-sumber non-migas, khususnya perpajakan, berhasil kita tingkatkan terus. Sekarang, 60% dari seluruh penerimaan dalam negeri berasal dari sumber-sumber di luar migas. Dalam tahun 1989/1990 penerimaan dalam negeri non-migas mencapai Rp17,5 triliun yang merupakan peningkatan sebesar hampir 30% dari tahun sebelumnya. Bantuan luar negeri yang kita peroleh juga sesuai dengan apa yang kita perlukan.
Meskipun irama pembangunan makin cepat, namun stabilitas ekonomi tetap dapat kita jaga. Harga-harga, terutama harga barang-barang pokok rakyat tetap terkendali. Laju inflasi selama tabun 1989/1990 sekitar 5,5%. Ini merupakan penurunan dari laju inflasi sebesar 6,6% yang kita alami selama tahun 1988/1989. Dalam tahun 1990/1991 ini kita bertekad untuk tetap mengendalikan inflasi pada tingkat yang aman dan tidak memberatkan rakyat. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 331-333. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003