KITA BERDIRI DIBELAKANG BUNG KARNO KARENA ADJARAN2NJA
Dan Untuk Menjelamatkan Adjaran2nja Untuk Revolusi Indonesia [1]
Bandung, Antara
PANGLIMA Kodam VI Siliwangi/Pepelrada Djawa Barat Major Djenderal Ibrahim Adjie menegaskan, bahwa kita berdiri dibelakang Bung Karno, kita mendjadikan dan menerima Bung Karno selaku Pemimpin Besar Revolusi bukan karena manusia Sukarno, tetapi karena adjaran2nja untuk revolusi Indonesia dan karena hendak menjelamatkan adjaran2nja itu pula kita berkewadjiban mengamankan Bung Karno dari berbuat kesalahan sebagai Pemimpin Besar Revolusi.
Penegasan Pangdam VI Siliwangi/Pepelrada Djawa Barat itu dikemukakan dalam prasarannja dihadapan peserta Kongres Persatuan & Kesatuan PNI/Front Marhaenis di Bandung pada hari Minggu jang lalu diaula Unpad. Tjeramah Djenderal Ibrahim Adjie jang mendapat sambutan para peserta itu dikemukakan sebelum Men/Pangad Letdjen Soeharto mengutjapkan amanat pentingnja.
Menurut Panglima Adjie kita harus mengakui bahwa kita gagal didalam mengamankan Pemimpin Besar Revolusi. lni mungkin karena kita tidak pernah ada kesadaran tentang tanggung-djawab ini, dengan perkembangan dimasa proloog bahkan djuga dimasa epilog.
Memang kata Panglima Kodam VI Siliwangi, “saja harus mengakui bahwa situasi pada waktu itu sangat menguntungkan PKI. Karena kelihaiannja dan karena kebodohannja dan ketololan kita, sehingga lebih banjak berdiri dibelakang dan disekitar Bung Karno untuk ambisi pribadi, daripada menjadari tanggung-djawabnja sebagai pengaman Pemimpin Besar Revolusi”.
“Dengan demikian mudahlah bagi kontra-revolusi untuk menjebarkan tuduhan bahwa setiap orang jang dekat pada Bung Karno itu adalah pendjilat kebodohan kita karena tidak mempunjai konsepsi kewaspadaan politik2 tadi”.
Bung Karno Pelaksana Suatu Mission Rakjat
Setelah menguraikan bahwa ia selalu mengatakan kepada para perwiranja “the duty of an officer is to make his commander succeed” Panglima Adjie mengatakan, bahwa ini bukan berarti berdiri tanpa reserve dibelakang komandan, tetapi berusaha mengamankan komandan itu dari kekeliruan didalam membuat estimate ataupun didalam mengambil keputusan. Komandan itu adalah manusia jang bertugas melaksanakan mission negara dan bangsa.
Begitu djuga Bung Karno hanjalah seorang manusia jg, kita tugaskan, katakanlah jg kita beri mandat, untuk melaksanakan mission rakjat.
Jang harus kita amankan adalah pelaksanaan mission itu dan untuk itu kita memberikan koreksi dalam rangka mengamankan Bung Karno dari berbuat kesalahan dan Bung Karno sendiripun pasrah dan harus mau dikoreksi dan demikian Panglima jang selandjutnya mengatakan bahwa ini harus kita sadari jakni kewadjiban kita harus mengamankan Pantjasila, mengamankan PBR dari berbuat kesalahan dan dari rongrongan. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (27/04/1966)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 273-274.