PRESIDEN SOEHARTO GUBERNUR NTB BATU APUNG
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menyarankan kepada gubemur NTB Gatot Suherman agar produksi batu apung di propinsi itu dimanfaatkan untuk keperluan dalam negeri, selain untuk ekspor. Presiden mengatakan hal itu ketika menerima Gubemur Nusa Tenggara Barat Gatot Suherman di kediaman Jl. Cendana Jakarta Kamis.
Kepada wartawan, gubernur mengatakan, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan memanfaatkan batu apung, yang potensinya cukup besar di pulau Lombok, sebagai bahan bangunan bermis untuk membangun perumahan pegawai serta perbaikan kampong.
Gubemur menjelaskan, untuk tahap pertama akan dibangun 100 rumah untuk pegawai dan 100 lainnya sebagai contoh perbaikan rumah penduduk di kabupaten Lombok Tengah.
Rumah bermis untuk pegawai negeri golongan I dan II itu akan dibangun dengan type T.36 di atas tanah 150 meter persegi, menurut taksiran biayanya Rp 2.200.000,- per unit dan akan dikreditkan kepada pegawai tanpa uang muka.
Bank Indonesia, kata Gatot Suherman,telah setuju memberikan dana kredit untuk proyek tersebut. Namun agar pelaksanaannya lebih cepat maka dana tersebut akan ‘ditalangi’ lebih dulu oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTB.
Sedang rumah bermis untuk mengganti rumah-rumah penduduk yang kumuh dan kurang memenuhi persyaratan kesehatan akan dibangun secara gotongroyong oleh masyarakat itu sendiri, katanya.
Gubernur menjelaskan, selama ini batu apung di NTB terutama di pulau Lombok digarap oleh penduduk untuk kemudian diekspor antara lain ke Taiwan, Hongkong, Korea, Pakistan dan sebagainya.
Presiden menganjurkan pihak pemda NTB meneliti lebih jauh pemanfaatan batu apung di luar negeri.” Kita belum tahu persis, bisa digunakan untuk apa saja batu apung ini. yang baru kita tahu hanya untuk bahan penggosok tekstil, bahan pasta dan kosmetika,” kata Gubernur yang didampingi Bupati Lombok Tengah, Poerwoto.
Atas pertanyaan wartawan, Gatot Suherman mengatakan potensi batu apung di Lombok sekitar 25 juta meter kubik dan tidak kurang dari 2.000 penduduk kini mendapat penghasilan dari penggalian batu itu.
Namun ia menggambarkan, harga barang mentah itu di tempat penggalian sangat rendah, yaitu hanya sekitar Rp 300,- setiap kantong yang beratnya 30 kg. Sesampai digudang, setelah dibersihkan, batu apung itu harganya Rp 1.150,-. “Ongkos transportasinya ke Surabaya atau Jakarta lebih tinggi dari itu,” ujar Gatot.
Di Mataram (ibukota propinsi NTB) saja sekarang ada sebelas eksporter batu apung dari 17 yang terdaftar.
Gubernur NTB dan Bupati Lombok Tengah berada di Jakarta untuk melihat langsung cara-cara pengolahan batu apung menjadi bermis serta melihat rumah-rumah contoh yang terbuat dari bermis.
Pemanfaatan batu apung dijadikan bermis sebagai bahan bangunan (bata dan genting) sudah dikenal beberapa tahun lalu atas inisatif Presiden Soeharto.
Perumahan ABRI di Kelapa Gading I dan di Bulak Macan (Jakarta Timur) serta rumah peristirahatan di peternakan Tapos (Bogor) merupakan beberapa contoh bangunan yang menggunakan bermis.
Sumber: ANTARA (12/11/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 574-575