600 WARGA KODAM VIII/BRAWIDJAJA DIAMANKAN 3 PELAKU PERISTIWA SURABAJA DITEMBAK MATI DI TEMPAT
* PENJUSUN TEKS PIDATO PANGLIMA JASIN ORANG PKI [1]
Malang, Kompas
Panglima Daerah Militer VIII/Brawidjaja majdjen M. Jasin menerangkan bahwa hingga saat ini Kodam VIII telah mengamankan 600 orang warganja jang terlibat atau ada indikasi terlibat dalam Gestapu/PKI.
Berbitjara pada pembukaan Muktamar I Partai Muslimin Indonesia di Malang Sabtu malam ia mengatakan selandjutnja bahwa tindakan ini diambil untuk membersihkan tubuh Kodam VIII/Brawidjaja dari oknum oknum PKI setelah terdjadi peristiwa Blitar Selatan malahan menurut Majdjen Jasin “tubuhnja” sendiri telah “kebobolan” karena orang jang dipertjajakan untuk membuat teks pidatonja ternjata adalah orang PKI. Dan sekarang oknum tsb. telah diamankan.
Soviet Terlibat Peristiwa Surabaja?
Sementara itu dalam suatu wawantjara singkat mendjawab pertanjaan wartawan2 Djakarta dan Malang apakah Uni Soviet terlibat dalam peristiwa Surabaja, Panglima Kodam VIII/Brawidjaja itu mengatakan bahwa itu mungkin sadja.” Bukan sadja Uni Soviet negara2 lain djuga mungkin terlibat, malahan berbagai golongan djuga terlibat karena setiap golongan saling menunggangi satu sama lain. Tapi saja tegaskan disini bahwa apa benar Uni Soviet terlibat dalam peristiwa 21 Oktober ini, saja tidak tahu.”
Mendjawab pertanjaan mengapa KAPPI Surabaja dibekukan, Djenderal Jasin mengatakan bahwa karena KAPPI itu bergerak, maka timbulnja peristiwa Surabaja jang menjedihkan itu. Ditegaskannja bahwa pembekuan KAPPI itu hanja untuk sementara waktu. Dalam waktu dekat ini akan ditjairkan kembali.
Peristiwa 21 Oktober di Surabaja itu, dimulai dengan demonstrasi oleh KAPPI dalam memprotes pemerintah Singapura jang telah menghukum gantung dua orang pradjurit KKO Indonesia.
Demonstrasi itu kemudian berubah mendjadi pengrusakan toko2 dan rumah milik orang Tjina di Surabaja. Akibat pengrusakan ini 69 buah kendaraan bermotor beroda empat hantiur dan sedjumlah 414 buah rumah dan toko rusak. Tiga orang perusuh telah ditembak mati ditempat setelah Panglima mengeluarkan Instruksi untuk menembak mati setiap orang jang membangkang. (DTS)
Sumber: KOMPAS (08/11/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 222-223.