1980-04-15 Terima PM Belanda, Presiden Soeharto: Harus ada Keseimbangan dan Keadilan Antar Bangsa

Terima PM Belanda, Presiden Soeharto: Harus ada Keseimbangan dan Keadilan Antar Bangsa[1]

SELASA, 15 APRIL 1980, Pagi ini Presiden Soeharto mengadakan perundingan dengan Perdana Menteri Belanda, van Agt, yang tiba di Jakarta kemarin. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama dua jam itu, kedua pemimpin telah membahas berbagai persoalan yang mencakup hubungan antara kedua negara dan cara-cara peningkatannya, selain menyinggung masalah-masalah regional dan internasional. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto telah memberikan penjelasan mengenai usaha-usaha pembangunan yang dilakukan Indonesia sejak Orde Baru sampai sekarang.

Untuk menghormati kunjungan PM dan Nyonya AAM van Agt, di Istana Negara malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam. Ketika menyambut acara itu, Presiden Soeharto menegaskan adanya suatu masalah prinsipil yang merupakan tantangan untuk dipecahkan dewasa ini, ialah usaha untuk dapat membangun dunia baru dengan tata hubungan ekonomi baru. Tatanan ekonomi baru itu, menurut Presiden Soeharto, harus memungkinkan negara-negara sedang berkembang meningkatkan kemampuannya. Dengan demikian terdapat keseimbangan dan keadilan antara bangsa-bangsa di dunia, serta semakin mengecilnya jurang perbedaan yang dalam antara negara besar dan kaya dengan negara-negara miskin.

Dalam hubungan ini Presiden Soeharto menyatakan bahwa Indonesia mengharapkan dan selalu berusaha agar dialog Utara-Selatan mencapai kemajuan dan menghasilkan putusan-putusan positif bagi terlaksananya tatanan ekonomi dunia baru. Negeri Belanda yang terletak di belahan bumi barat dan utara yang telah maju, dan Indonesia terletak di belahan bumi timur dan selatan yang sedang membangun dapat bekerjasama atas dasar kesamaan pandangan. Sehubungan dengan itu, secara khusus Kepala Negara menyampaikan penghargaan atas kerjasama dan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Belanda selama ini, termasuk juga yang telah dilaksanakan melalui IGGI, yang telah terbukti sangat bermanfaat bagi dan memperlancar pelaksanaan pembangunan. (WNR)



[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 285. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.