1988-06-22 Presiden Soeharto Menerima Dubes India dan Bulgaria

Presiden Soeharto Menerima Dubes India dan Bulgaria [1]

 

RABU, 22 JUNI 1988 Pada jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Republik India, Ramjit Singh Kalha, dalam suatu upacara di Istana Merdeka. Dalam sambutannya Presiden Soeharto antara lain menyatakan kebesaran hatinya melihat hubungan persahabatan, saling pengertian dan kerjasama antara kedua bangsa dan negara yang terus bertambah erat. Dalam hubungan ini Kepala Negara mengungkapkan keyakinannya bahwa hubungan yang akrab dan bersahabat itu akan terus dapat dipererat lagi, karena didukung oleh warisan kebudayaan dan latarbelakang sejarah kedua bangsa yang tidak jauh berbeda.

Lebih jauh dikatakan oleh Kepala Negara bahwa ia juga mengikuti dengan seksama perkembangan SAARC yang dibentuk oleh negara-negara di kawasan Asia Selatan. Dikatakan oleh Presiden bahwa Indonesia ikut merasa gembira, karena organisasi regional itu mencapai kemajuan­kemajuan yang menggembirakan dalam mendukung usaha-usaha pembangunan nasional masing-masing anggotanya.

Empat puluh lima menit kemudian, di tempat yang sama, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Republik Bulgaria, Ognyan Mitev. Membalas pidato Duta Besar Mitev, Presiden Soeharto mengatakan bahwa persahabatan dan kerjasama yang konstruktif antara semua bangsa dewasa ini terasa makin mendesak, sejalan dengan perkembangan internasional yang makin menunjukkan tanda-tanda positif kearah peredaan ketegangan di semua bagian dunia. Karena itu, demikian Kepala Negara, dialog Timur dan Barat perlu diteruskan, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang menyangkut Eropa saja, tetapi hendaknya juga mencakup berbagai masalah yang dihadapi oleh belahan dunia lainnya.

Selanjutnya Presiden mengemukakan pendapatnya bahwa masalah utama yang dihadapi dunia sekarang adalah masalah perlucutan senjata dan pembangunan, yang satu sama lain saling berkaitan dan harus di­selesaikan secara serentak. Dikatakannya bahwa apabila dunia dapat melaksanakan perlucutan senjata secara menyeluruh, maka sebagian dana yang selama ini digunakan untuk perlombaan senjata dapat dialihkan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak bagi pembangunan sosial dan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang.(DTS)

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 41-42. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.