Menghadiri Kongres PGRI, Presiden Soeharto: Pendidikan Nasional Tidak Boleh Menjadikan Anak Didik Terasing dari Budaya Bangsa [1]
SENIN, 3 JULI 1989 Presiden Soeharto mengatakan bahwa pendidikan nasional tidak boleh mengakibatkan anak didik menjadi terasing dari nilai kehidupan dan budaya nasional, supaya tidak terjadi masalah-masalah besar di masa datang. Diingatkannya bahwa yang demikian mungkin saja dapat membuat anak didik maju dalam pengetahuan dan pemikiran, akan tetapi mereka akan mengalami kegersangan tentang nilai dan budaya masyarakatnya sendiri. Peringatan itu disampaikan Presiden ketika ia membuka Kongres ke-16 PGRI yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pagi ini. Kongres ini selain dihadiri oleh hampir sepuluh ribu guru Indonesia, juga dihadiri oleh utusan-utusan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Lebih jauh Kepala Negara mengatakan bahwa pemerintah akan terus berusaha memperbaiki kesejahteraan para pendidik, sesuai dengan kemampuan yang ada. Langkah meningkatkan kesejahteraan guru ini, antara lain lewat pengembangan karier sebagai petugas fungsional dan profesional. Selanjutnya Presiden meminta PORI memikirkan para guru harus berperan dalam menyukseskan Repelita V. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 183. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003