Membuka Muktamar NU, Presiden Soeharto Menekankan Pembangunan Sebagai Pengamalan Pancasila [1]
JUM’AT, 24 NOVEMBER 1989 Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri acara pembukaan muktamar Nahdathul Ulama yang ke-28, kongres Muslimat NU ke-12, dan kongres Fatayat NU ke-10 di pondok pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. Dalam amanatnya, Kepala Negara berharap agar para pemuka agama, para ulama, untuk meningkatkan keterlibatan dan keikutsertaan mereka dalam pembangunan. Dalam hubungan ini Presiden mengatakan bahwa pemantapan kerangka landasan dalam kehidupan keagamaan juga memerlukan perhatian kita semua. Di banyak negara yang sedang membangun kita lihat bahwa masalah keagamaan sering menjadi sumber bagi hambatan dan gangguan dalam pembangunan menuju tinggal landas.
Dibahagian lain pidatonya, Presiden mengatakan bahwa penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dilandasi dan diimbangi dengan moral dan idealisme yang luhur, seperti segi-segi keagamaan dan kepercayaan, etik dan budaya, segi-segi kemanusiaan, segi-segi solidaritas sosial, dan segi-segi lainnya. Dengan memperhatikan semua segi itu sebaik-baiknya dalam perencanaan dan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, maka kita bercita-cita untuk membangun masyarakat yang maju, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila yang tidak mengulangi krisis-krisis dalam kehidupan masyarakat modern lainnya sekarang ini. (DTS)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 232-233. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003