“G-30-S” TELAH MENODAI DAN INDJAK2 MARTABAT ABRI

“G-30-S” TELAH MENODAI DAN INDJAK2 MARTABAT ABRI

Menjeleweng Dari Relnja Revolusi, Semua Pelaku Dan Dalang2nja Harus Dihantjurkan[1]

Djakarta, Berita Yudha

Panglima KOSTRAD Majdjen. Soeharto dalam menjambut Hari Pablawan 10 Nopember 1965 menegaskan bahwa persatuan dan kesatuan perIu kita perkokoh untuk melandjutkan perdjuangan mentjapai keadilan diatas segala kebenaran dalam mengkikis habis kaum kontra revolusi “G-30­S” dan melandjutkan perdjuangan revolusi bangsa Indonesia di bawah pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno jang kita tjintai mengganjang kaum Nekolim British “Malaysia”.

Peringatan Hari Pahlawan tahun ini bagi kita chususnja anggota TNI/AD, ABRI dan bangsa Indonesia pada umumnja dengan penuh ham dan sedih mengenang kembali djasa2 pahlawan2 revolusi kita jang barn sadja gugur sebagai akibat dari pada perbuatan terror jang biadab dan terkutuk dari apa jang menamakan diri “G- 30-S”.

Tindakan jang mereka lakukan pada tgl. 1 Oktober 1965 jang dikenal dengan “G-30-S” adalah tindakan2 penjelewengan dari relnja revolusi bangsa Indonesia, tindakanjang harus kita kutuk dan kita hantjurkan semua pelaku2 dan dalang2nja agar tidak akan terulang lagi perbuatan2 chianat demikian itu.

Djelas Siapa Lawan

Majdjen Soeharto selandjutnja menjatakan bahwa dari segala fakta2 jang ada, djelas bagi kita, siapa lawan dan siapa kawan. Dengan demikian, djelasnja pilla bagaimana sikap dan pendirian kita semua dalam menghadapi persoalan peristiwa “G-30-S” itu jang adalah bukan persoalan intern AD tetapi merupakan persoalan Nasional. Perbuatan “G-30-S” telah menodai bahkan telah mengindjak2 martabat ABRI. Sama2 kita ketahui bahwa dari rentjana2 djahat petualangan2 “G-30-S” pertama2 mereka hendak melumpuhkan daja mampu kepemimpinan AD kita chususnja dengan melakukan pentjulikanJ pembunuhan biadab di luar perikemanusiaan terhadap .beberapa Perwira Tinggi pimpinan AD Mereka tidak menginsjafi bahwa didalam dada setiap warga TNI/AD masih tetap memiliki semangat dengan sembojan “Patah tumbuh hilang berganti”. Kita mengutjapkan sjukur kehadirat Tuhan Jang Maha Besar, bahwaperbuatan2 terkutuk itu dapat kita hentikan daripada kemungkinan tindakan biadab jang lebih meluas lagi. Dan sekarang meridjadilah kewadjiban kita tiap warga AD jang setia pada sumpahnja dan anggota ABRI lainnja jang tetap konsekwen pedjoang diatas relnja revolusi Indonesia dan segenap rakjat progresip revolusioner untuk mengikis habis sisa2 petualang “G-30-S” sampai keakar2nja.

Siap Siaga Dan Penting Kewaspadaan

Terlibatnja beberapa oknum2 ABRI seperti Untung, Soepardjo, Latief, Heru dll, merupakan noda jang tak ada taranja bagi ABRI jang Pantjasilais dan Sapta Margais. Karena itu pradjurit2 gadungan seperti Untung dan kawan2nja telah keluar dari semangat dan djiwa Sapta Marga bahwa setjara langsung meng-indjak2 serta menodai keluhuran dan kesutjian daripada martabat ABRI setjara keseluruhan.

Pengalaman telah membuktikan pada kita sekalian kesekian kalinja, bahwa tiap saat kita perlu selalu siap siaga dan pertinggi kewaspadaan serta berhati2 terhadap hasutan2 jang hendak mendjerumuskan kita kepada perbuatan2 terkutuk dan dosa terhadap Nusa dan Bangsa.

Achirnja Panglima KOSTRAD Maj Djen. Soeharto menjatakan bahwa kita jang berkewadjiban membantu Presiden/Panglima Tertinggi ABRI dengan fakta2 untuk menegakkan keadilan diatas kebenaran, hingga dengan demikian dapat digunakan sebagai landasan bathinjang kuat guna mentjiptakan ketenteraman dan keamanan serta ketertiban agar dengan demikian seluruh potensi kita dapat sepenuhnja teraerah kepada Nekolim dalam rangka melaksanakan DWIKORA. (DTS)

Sumber: BERITA YUDHA (12/11/1965)

[1]Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam  Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 130-132.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.