DJENDERAL SOEHARTO PADA PENUTUPAN SEMINAR AD

DJENDERAL SOEHARTO PADA PENUTUPAN SEMINAR AD

Setiap Konsepsi Tak Dapat Dilaksanakan Kalan Tak Didukung Oleh Kesamaan Pengertian Jang Benar [1]

 

Bandung, Berita Yudha

Djenderal Soeharto dalam amanatnja pada penutupan seminar AD ke II di Bandung mengatakan bahwa kesungguhan rasa tanggung djawab memeres dan mentjurahkan segala pengalaman dan keahlian guna merumuskan konsep2 jang dihasilkan oleh seminar AD ke II memberi kejakinan pada saja bagaimana besarnja hasrat para peserta untuk kabinet ampera supaja sukses didalam melaksanakan Dwi Dharma dan Tjatur karja.

Hal ini adalah dukungan moril hasil jang amat besar kpd. saja dan seluruh kabinet ampera menjadari bahwa amanat jg. di pertjajakan rakjat melalui MPRS pada kabinet adalah sangat besar dan multi komplex, kabinet tidak tjukup hanja didukung sadja, tapi harus disertai dengan karja jang konkrit dan njata seperti jang dilakukan oleh seminar AD ini, demikian Djendreral Soeharto.

Seminar jang menjadari bagaimana pentingnja pembinaan saling memberi kejakinan kepada Pak Harto bahwa pemetjahan persoalan jang dihadapi oleh rakjat, bangsa dan negara dapat diketemukan dalam way-outnja. Setiap konsepsi tidak dapat dilaksanakan kalau tidak didukung oleh kesamaan pengertian jang benar dan tepat pada konsepsi itu.

Banjak sudah kita mengalami bahwa konsepsi masuk peti es kalau tidak berhasil merumuskan persamaan pengertian dan saling mengerti baik dalam arti politis maupun dalam arti tehnis pelaksanaan. Bahkan tidak djarang mengalami kenjataan bahwa konsep itu menimbulkan persoalan bagi jang punja aspek psikologis dan politis. Kita ingat misalnja konsep KOMTAB, konsepsi Jogja, konsepsi Munas dan konsepsi MUNAP kata Djendreral Soeharto selandjutnja: konsep kadang2 didjadikan prestise sehingga tidak djarang konsepsi itu dilupakan dan dikesampingkan. Perhatian kita sudah beralih dan dialihkan kepada kontradiksi2 baru.

Hendaklah pengalaman ini djadi peladjaran bagi kita menambah kewaspadaan untuk menghadapi parpol dan perang urat saraf dalam pembelaan konsepsi dan prestise.

Sebagaimana manusia jang menjadari dan mengakui kelemahan2 manusia kita harus menjadari bahwa kita tidak memonopoli semua kebenaran dan prinsif, inilah jang harus kita pegang dalam melaksanakan saling mengerti dan kesamaan pengertian untuk mentjegah timbul dan ditimbulkannja kontradiksi politik dan konflik2 psikologis karena sikap mutlak2an.

Mengenai orde baru Djenderal Soeharto menerangkan bahwa pertama­-tama jang harus mendapat perhatian dan pengertian kita adalah supaja kita djangan kembali djatuh kedalam kesalahan2 jang dibuat orde lama. Malahan satu tjiri dari orde baru jaitu mementingkan tuntutan hati nurani rakjat, mementingkan kemufakatan dan kesepakatan untuk melaksanakan Hanura itu. Djadi bukan prestise atau konsepsi perseorangan dan golongan.

Djenderal Soeharto selandjutnja menjatakan agar dengan kesamaan pengertian dan kesadaran jang sedemikian itu setiap sjarat konsepsi akan merupakan support kegotong-rojongan pelaksanaan konsepsi Nasional. Djangan sampai sasaran atau support jang disampaikan kepada pemerintah djadi sebab timbulnja kontradiksi jang djustru menambahkan kesulitan dan rintangan bagi Pemerintah.

Pedang Eka Sakti Paksi bukanlah pedang kebesaran AD bukanlah pedang perhiasan Perwira AD, tapi sengadja dimaksudkan pedang kehormatan bagi TNI/ AD ini berarti bahwa perwira jang diberi kepertjajaan itu untuk memakai pedang harus menjadari bahwa dia diberi kepertjajaan untuk mempertahankan kehormatan TNI/ AD sebagai alat revolusi dan pengemban tuntutan Hanura. Demikian amanat Djenderal Soeharto. (DTS)

Sumber: BERITA YUDHA (01/09/1966)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 377-378.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.