KETUA PRESIDIUM KAB. MENUTAMA HANKAM DJEND. SOEHARTO:
Manisfestasi Spontanitas Kekuatan2 PANTJASILA Pukul Kembali, Musuh2 Revolusi Dengan Kekuatan Jang Dahsjat [1]
Djakarta, Berita Yudha
Ketua Presidium Kabinet Menutama Hankam/Menpangad Djenderal Soeharto menjatakan bahwa inti sari jang kita dapat kita simpulkan dan rongrongan kontra revolusi bekas PKI dimasa lampau dari aspek positipnja ialah bahwa Pantjasila sebagai falsafah hidup sebagai ideologi merupakan kekuatan2 moril, spirituil dan fisikjang tidak kering2nja. Senantiasa keluar sebagai ideologi jangjauh lebih unggul dalam perdjuangan dan pertentangan dimasa lampau itu. Oleh karena selalu diselamatkan Tuhan dari usaha2 ideologi2 manapun jang hendak menghantjurkannja.
Sedang aspek negatipnja ialah bahwa penetrasi dan infiltrasi idelogi jang berhasil menimbulkan petjah belah dan kerugian2 materil dan spirituil dalam usaha2 perongrongannja terhadap Pantjasila telah dimungkinkan oleh kelengahan ketidakwaspadaan kita sendiri dan karena lihay dan litjinnja PKI menipu sebagian rakjat Indonesia.
Djenderal Soeharto menjatakan hal ini dalam pidatonja bahwa revolusi Indonesia tidak men~ari musuh, revolusi Indonesia tidak mentjari lawan, tapi merupakan dialektika revolusi merupakan dialektika perdjuangan, bahwa setiap revolusi jang mempunjai falsafah dan tudjuan perdjuangan sendiri selalu mendapat tantangan dan dimusuhi oleh falsafah jang mempunjai norma dan tudjuan perdjuangan jang lain.
Begitu pula revolusi Indonesia jg. berdasarkan falsafah Pantjasila sebagai falsafah jang digali dari kemurnian tjetusan dari hati nurani umat manusia chususnja jang digali dari tjetusan hati nurani dan kepribadian rakjat Indonesia akan selalu mendapat tantangan dan mendapat perlawanan dari mereka jang belum mengerti terutama dari mereka jang tidak mau mengerti keluhuran dan kemurnian falsafah hidup Pantjasila itu.
Manifestasi Spontanitas
Proloog dan epilog dari pengchianatan bekas PKI pada tanggal 1 Oktober tahun jang lalu itu telah menimbulkan bentjana jang demikian hebatnja hingga mengakibatnja mundurnja perdjuangan dan kembali mendjauhkan kita dari pada tertjapainja tudjuan revolusi. Belum pemah perdjuangan rakjat Indonesia dibawa kepinggir djurang kegagalan dan kehantjuran pada hari itu. Tetapi jang sangat membanggakan dan sangat menghidupkan optimisme belum pernah pula terlihat suatu manifestasi spontanitas dari seluruh kekuatan Pantjasila jang serentak dan serempak bangkit untuk menumpas habis G 30 S/PKI beserta simpatisan2nja.
Gelora kesadaran spontan ini telah menandai dan mendjiwai hidupnja kembali pembela dan pentjinta Pantjasila telah menandai dan mendjiwai muntjulnja orde baru didalam arti mental moral tata politik dan tata kenegaraan kita.
4 Unsur Penting
Didalam rangka mentjoba memahami peristiwa pengchianatan 1 Oktober itu untuk memelihara kewaspadaan kita selandjutnja haruslah kita menjadari bahwa 4 unsur penting jang dapat kita simpulkan dalam kedjadian tersebut :
1.Terdjadinja coup terhadap Pemerintah RI jang sjah jang di lantjarkan oleh PKI dengan G 30 S nja jang mengakibatkan tumbuhnja tragedi nasional dengan ditandai gugurnja sekaligus pradjurit2 utama TNI/AD jg pula merupakan putera2 utama bangsa Indonesia, jang kita akui dan angkat mendjadi Pahlawan2 Revolusi.
2.Manifestasi dari spontanitas kekuatan2 Pantjasila jang dengan penuh tekad bangun dan bangkit tjara serentak dan serempak memukul kembali musuh2 revolusi dengan kekuatan dahsjat. Hal ini dapat pula diartikan sebagai bukti keunggulan Pantjasila terhadap ideologi/aliran manapun chususnja terhadap Marxisme-Leninisme atau Mao-isme jang hendak melakukan pendjadjahan ideologi di Indonesia
3.Dapat terdjadinja peristiwa coup dan pengchianatan itu adalah bukti dati kelengahan dan ketidak waspadaan dan kurang mendalam tertanam kejakinan dati sebagian rakjat Indonesia akan kebenaran Pantjasila.
4.Peristiwa itu djuga merupakan hari penemuan dan pemupukan kebulatan tekad untuk mengamankan dan mengamalkan Pantjasila.
Api Dan Obor
Hakekat peristiwa 1 Oktober 1965 jang sebutannja tanpa kita ketahui setjara diam2 telah mulai dilantjarkan gerakannja pada tgl 30 September 1965 dan hakekat kedjadian 1 Oktober 1965 seperti saja uraikan tadi mengharuskan kita semua untuk menjelenggarakan peringatan chas dalam suasana prihatin. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (01/10/1966)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 395-397.