TAK PERLU RAMAI-RAMAI ANTARA “NU-ABRI DAN “NU-PNI” [1]
Djakarta, Angkatan Bersendjata
Menteri Agama Saifuddin Zuhri dalam menanggapi adanja ramai2 seperti digambarkan dibeberapa surat kabar antara “NU-ABRI” dan “NU-PNI” menandaskan bahwa menurut hemat saja, tidaklah perlu serta tidaklah usah terdjadi, seperti pola halnja diantara sesama warga Orde Baru”
Tugas utama kita menurut Menteri, dewasa ini adalah memulihkan kesehatan mental dan fisik nasion kita akibat luka parah jang ditimbulkan oleh Gestapu/PKI/Orla.
Selandjutnja ditandaskan pula oleh Menteri KH Saifuddin Zuhri bahwa perbedaan2 pendapat misalnja mengenai technis-politis pemilihan umum boleh sadja terdjadi, karena disitu letaknja tjiri demokrasi, apalagi demokrasi Pantjasila, tapi bagaimana pula djuga supaja semua fihak menempuh saluran jang bidjaksana supaja tidak menimbulkan situasi antagonistis antara sesama orba.
Menurut menteri Agama, andaikata timbul perbedaan pendapat didalam DPR, semua fihak tidak usah menempuh djalan buntu dan menimbulkan situasi konflik, tapi sebaliknja masing2 fihak dalam DPR masih mentjari djalan mufakat melalui induk kekuatan atau induk pimpinannja masing2. (DTS)
Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (06/04/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 485.