ADA USAHA SETJARA SISTIMATIS DJELEKKAN NAMA BAIK ABRI [1]
Djakarta, Berita Yudha
Presiden Soeharto hari Djumat bertindak selaku inspektur upatjara di halaman Mako MABAD pada upatjara pelantikan Djenderal TNI M. Panggabean mendjadi Panglima Angkatan Darat. Bertindak selaku saksi2 setelah Djenderal Panggabean mengambil sumpah djabatan setjara agama Kristan Protestan, adalah Pangal Laksamana laut Muljadi dan Pangau Laksamana Udara Rusmin Nutjadin.
Djenderal Soeharto menjatakan bahwa pengangkatan Pangad jang baru sekaligus mengachiri adanja djabatan Pedjabat Pangad dan merupakan suatu langkah positif dalam peningkatan konsolidasi tubuh AD. Peningkatan konsolidasi ini, sungguh perlu dan harus selalu kita usahakan, karena perkembangan2 keadaan sedjak dalam prolog pemberontakan G.30.S/PKI, pentjulikan dan pembunuhan kedjam terhadap pimpinan AD pada tgl 1 Oktober 1965, tugas2 jang dipikul oleh AD untuk memadamkan pemberontakan PKI itu, tugas2 kelandjutan jang lebih luas dalam menegakkan Orde Baru, benar2 telah meminta perhatian dan tenaga jang sangat besar dari AD.
Tidak Haus Kekuasaan
Dengan kata2 tegas Presiden Soeharto menjatakan bahwa apabila dikatakan bahwa dalam periode dewasa ini ABRI harus berdiri di depan dan setjara aktif mengabdikan dirinja dalam berbagai segi kehidupan bangsa ini tidak berarti bahwa ABRI haus akan kekuasaan, apalagi akan menjeleweng kearah sistim kekuasaan militer atau diktatur militer.
ABRI tidak menghendaki adanja sistim diktatur militer atau bukan militer di bumi Indonesia. Sistim diktatur atau militerisme sama sekali tidak dapat dihubungkan dgn fungsi kekaryaan ABRI melainkan terutama tergantung pada tegaknja demokrasi, sistim konstitusionil dari negara hukum.
Sikap dan pendirian ABRI jang demikian itu djuga dengan djelas telah dirumuskan dalam pegangan hidup dan doktrinnja jaitu Sapta Marga, Sumpah Pradjurit, dan chusus bagi AD, Doktrin Tri Ubaya Cakti. Pendirian dan sikap ABRI jang sudah djelas ini, demikian kata Presiden Soeharto, sangat perlu difahami oleh semua golongan dalam masjarakat dan jang terutama harus difahami dan disadari baik oleh seluruh ABRI sebagai satu kesatuan maupun setiap anggota ABRI.
Menurut Djenderal Soeharto dengan kejakinan dan kesadaran ini, maka setiap anggota ABRI akan dapat teguh hatinja, teguh pendiriannja, serta teguh sikap dan perbuatannja. Hal ini perlu ditekankan, demikian kata Pak harto, karena pada waktu2 jang achir2 ini terasa adanja tjara2 dan usaha2 jang setjara sistimatis berusaha terus menerus mentjela dan mendjelekkan nama baik ABRI.
Keteguhan pendirian dan tekad ABRI tadi bukan sekedar harus diutjapkan, akan tetapi harus dilaksanakan dengan njata. ABRI memang telah banjak berbuat untuk keselamatan Rakjat, Bangsa dan Negara, tetapi apa jang dituntut oleh Rakjat adalah masih djauh lebih banjak lagi.
Menurut Pak Harto, hal ini adalah wadjar kerena ABRI telah diminta oleh Rakjat dan ABRI sendiri telah menempatkan dirinja sebagai pelopor dalam menegakkan dan mengisi Orde Baru sekarang.
Setjara tegas disebutkan oleh Pak Harto bahwa Angkatan Darat harus terus meningkatkan tindakan2 mempertinggi disiplin TNI dan tindakan2 tegas kedalam, terutama terhadap sementara oknum2 anggotanja jang njata2 telah melakukan perbuatan setjara tidak bertanggung djawab, telah mentjemarkan nama baik Angkatan Darat.
Dipesan djuga oleh Presiden Soeharto agar setiap anggota AD bertindak dan berbuat sesuai dengan keprihatinan Rakjat, tetapi berbuat dan bertindak prihatin sama sekali bukan berarti mengembalikan kemelaratan melainkan bertindak dan berbuat jang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan jang mendesak sekarang ini. Jaitu pelaksanaan pembangunan sebagai bagian daripada isi kemerdekaan kita.
Bantuan dan ikut sertanja ABRI dalam bidang pembangunan terutama dititik beratkan pada pemanfaatan kekuatan serta kemampuan personil dan peralatan jang dimiliki oleh ABRI.
Menurut Presiden Soeharto hendaknja perlu terus menerus dilakukan penindjauan dan penjempurnaan pola konsepsi dan operasi pelaksanaannja, sehingga peranan ABRI dalam pembangunan itu benar2 menjeluruh, efektif dan efisien dan bukan sebaliknja, malah memberikan beban kepada usaha2 produktif dari masjarakat.
Chususnja menjinggung AD, dikatakan oleh Pak Harto bahwa dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun nanti, ruang lingkup tugas meliputi pembangunan nasional sehingga harus dikerahkan semua kemampuan AD jang dimiliki.
Banjak jang dapat dilakukan dan diharapkan oleh Rakjat seperti mempertjepat rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur, pembukaan hutan untuk perluasan produksi pertanian, penjebaran tenaga kerdja dalam hubungannja dengan transmigrasi dsbnja.
Pesan lain dalam amanat Presiden Soeharto itu berbunji, bahwa dalam menghadapi berbagai kemungkinan usaha subversi dan pemberontakan dari dlm. AD chususnja dan ABRI pada umumnja memang telah pengalaman dan berhasil mengatasinja, akan tetapi pengalaman dan sukses itu tidak boleh menjilaukan kita sendiri, tidak boleh melengahkan kita sendiri.
Kita memang banjak pengalaman tetapi musuh2 kitapun selalu berusaha memperbaiki tjara2nja. Seluruh Rakjat umumnja, ABRI chususnja, tidak menginginkan adanja pemberontakan dari manapun datangnja. AD sendiri tdk akan lengah untuk kedua kalinja kehilangan Pimpinan AD dengan tjara2 kedjam di luar batas perikemanusiaan seperti jang telah terdjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. (DTS)
SUMBER : BERITA YUDHA (18/05/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 130-132.