Tadjuk Rendjana:
KUATIR TONGKAT MEMBAWA DJATUH [1]
Djakarta, Berita Yudha
Tertarik kami oleh djeritan hati nurani Pradjurit jang menggema dari kata2 editorial Angkatan Bersendjata kemarin. Djeritan itu tentu hanja bisa ditangkap dan dirasakan oleh sesama Pradjurit jang telah mempertaruhkan segala-galanja dan telah memberikan segala-galanja untuk membuat Koprsnja dapat memenuhi harapan dan kepertjajaan Rakjat jang dilimpahkan kepadanja.
Karena harapan dan kepertjajaan jang tinggi itu pulalah masjarakat kadang2 lupa di dalam membuat kesimpulan dan penilaian, bahwa ABRI itupun adalah merupakan bahagian dari pada Rakjat, lupa bahwa Pradjurit itu djuga manusia biasa jang tidak selalu bisa melepaskan dirinja dari pengaruh2 jang mendominasi kehidupan masjarakatnja.
Karena sedjarah dan peranannja di dalam perdjuangan, masjarakat sudah menempatkan kedudukan ABRI itu sebagai pagar jang melindungi tanaman, sudah menempatkannja sebagai tongkat kedjatuhan, tidak mengherankan bahwa rakjat merindukan keamanan dan latar belakang politik atau tidak, itu mendapat sorotan jang tadjam.
Djustru di dalam keadaan seperti inilah diharapkan dari ABRI supaja mendjadi pagar jang kukuh untuk melindungi tanaman, supaja mendjadi tongkat penopang jang hendak djatuh.
Djustru di dalam keadaan seperti sekarang inilah mata tjepat diarahkan kepada ABRI untuk didjadikan pagar dan untuk didjadikan tongkat, kalau ada bahagian pagar jang makan tanaman, kalau ada tongkat jang membawa djatuh, maka kesalahan itu dianggap lebih besar dan oleh sebab itu lebih menghebohkan, apalagi kalau ada politik jang memang hendak meruntuhkan dan mendjatuhkan tongkat itu seluruhnja.
Kalau di dalam pemberitaan dikatakan, bahwa djika andjing menggigit orang itu bukanlah berita, tetapi djika orang menggigit andjing, itulah baru berita, maka sesuai dengan pengertian pemberitaan itu pula, djika seorang Pradjurit berkorban dan membuat djasa itu dianggap kedjadian biasa, tetapi kalau seorang Pradjurit berbuat salah, walaupun kesalahan itu sama atau lebih ketjil dari kesalahan2 orang lain, itu adalah suatu kedjadian luar biasa jang menghebohkan atau jang sengadja dihebohkan.
Sebagai mana djuga dikatakan oleh editorial harian Angkatan Bersendjata, ini adalah djusteru menundjukkan bagaimana tingkat kepertjajaan kepada ABRI, dan menjadari pula akan hal ini lebih2 kalau ada maksud dan tudjuan politik tertentu pastilah setiap kesalahan jang dibuat oleh Pradjurit akan ditolak habis-habisan untuk menghilangkan kepertjajaan dan penghargaan masjarakat kepada ABRI sebagai pagar jang melindungai tanaman, sebagai tongkat tempat Rakjat menopangkan keamanan dan keselamatannja.
Kami katakan tidak selalu kesalahan seorang ABRI itu lebih ditondjolkan dengan maksud djelek.
Bagi Rakjat biasa djustru penghargaan dan kepertjajaan terhadap ABRI-lah jang membuat keketjewaan itu lebih besar dirasakannja. Sebagai pelindung keselamatan dan ketertiban hukum pelanggaran ketertiban dan pelanggaran hukum jang dikabulkan oleh seorang Anggota ABRI lebih mengkuatirkan dan lebih mengketjewakan mereka, sehingga dibajangkan bahwa ketertiban dan hukum itu sendiri sudah di dalam bahaja, setetes tuba merusak gulai sebelanga, lebih2 karena memang sebagaimana dikatakan oleh editorial Angkatan Bersendjata pula, tindakan2 jang telah dilakukan oleh Korps terhadap anggota2nja kurang mendapat tempat didalam pemberitaan. Mungkin karena tindakan2 ini tidak mempunjai arti sebagai berita, karena dianggap memang sudah seharusnja demikian.
Maka tidak ada pilihan lain bagi ABRI untuk menerima segala matjam tanggapan itu dalam arti positif konstruktipnja, jaitu untuk didjadikan bahan dan tanganan dalam mengukur dan mengoreksi sampai dimana Korpsnja telah berhasil memulihkan dirinja sebagai pagar jang terpertjaja untuk melindungi tanaman, sampai di mana korpsnja telah berhasil memulihkan dirinja sebagai tongkat jang terpetjaja tempat Rakjat menopangkan keamanan dan ketenangannja.
Kalau masjarakat masih bisa dipanikan memadamkan api jang telah mengepulkan asap itu, memang tidak mudah memikul kepertjajaan dan penghargaan Rakjat. Lebih berat lagi karena penghargaan dan kepertjajaan itu menimbulkan reaksi pada pihak2 jang bertudjuan merusak dan menghilangkan penghargaan dan kepertjajaan itu.
Satu2nja djalan untuk melawan reaksi jang hendak mendiskreditkan ABRI ini sesuai dengan andjuran para Panglima dan ke-empat Angkatan, adalah utjapan, sikap dan amal-perbuatan ABRI sendiri menguasai dan mendisipliner dirinja. Mari kita menangkan pula tantangan ini untuk nama baik Korps. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (27/5/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 135-136.