PERTEMUAN BLAK2AN PRES. SOEHARTO – WAKIL2 KESATUAN AKSI: TEAM PEMBERANTASAN KORUPSI DIPERINTAHKAN BERTINDAK TEGAS [1]
Djakarta, Kompas
Pemerintah setudju tjetak uang untuk pembangunan, bukan utk routine. Menjinggung masalah pemberantasan korupsi di Indonesia, Presiden Soeharto mengakui, bahwa memang Team Pemberantasan Korupsi (T-PK) sampai sekarang ini bertindak sebagaimana jang diharapkan.
“Entah apakah jang kurang mampu adalah TPK atau sikoruptor jang pintar”, demikian tambahnja. Selandjutnja ia telah memerintahkan pada TPK untuk bertindak lebih tegas lagi.
Hal itu dinjatakan dalam pertemuan antara Presiden Soeharto dengan delegasi 8 Kesatuan Aksi jang menghadap Kepala Negara di Istana Negara hari Senin kemarin.
Dalam pertemuan itu telah dibitjarakan setjara blak-blakan kebidjaksanaan ekonomi Pemerintah sekarang seperti kenaikan tarip, inflasi dan kabinet pembangunan. Disamping itu pihak kesatuan2 aksi djuga menjampaikan saran2 kritiknja.
Tidak Setudju Tjetak Uang Untuk Routine
Presiden Soeharto menjatakan, bahwa bila tidak ada pengendalian moneter, maka dalam masa rehabilitasi dewasa ini tentu keadaannja akan lebih djelek lagi. Djend. Soeharto minta pula perhatian, agar dalam menghadapi keadaan ekonomi dewasa ini, kita harus pula memperhatikan keadaan dimasa jang akan datang.
“Lebih baik kita susah sekarang, tapi nantinja akan lebih baik. Kita pasti akan merasa senang dikemudian hari, setelah kita mengalami suatu keadaan jang pahit seperti sekarang ini”. Demikian kata Presiden.
Pada kesempatan itu ditandaskannja, bahwa Pemerintah setudju untuk mentjetak uang lagi asal digunakan untuk pembangunan, akan tetapi tidak setudju bila uang tersebut hanja digunakan untuk keperluan rountine.
Delapan Persen Dan Tahun 1958
Sementara itu pihak Kesatuan Aksi djuga mengadjukan kritiknja bahwa nilai uang jang pernah dimiliki pada tahun 1958 dimana uang jang beredar sebesar Rp. 29 miljar bernilai $AS 2,5 miljar; sedang sekarang uang jang sebesar Rp. 60 miljar dan hanja bernilai $AS 200 djuta. Maka dapatlah dinjatakan, bahwa dewasa ini kita hanja memiliki 8% dari pada apa jang pernah dimiliki pada tahun 1958.
Selandjutnja dinjatakan, bahwa dengan uang jang hanja 8% dari tahun 1958 itu, maka kita tidak mungkin bisa memperbaiki keadaan ekonomi jang semakin memburuk. Padahal selama 10 tahun sedjak dari tahun 1958 tidak sadja kita mengalami pertambahan penduduk sebesar 25 djuta orang, akan tetapi djuga pertambahan dalam skill, demands, innovation dan hubungan2 jang semakin meluas dengan dunia perdagangan internasional.
Djalan Keluar Roosevelt Patut Ditjontoh
Pihak Kesatuan Aksi djuga memberi tjontoh, bagaimana presiden ED Roosevelt menemukan djalan keluar dari kesulitan2 tahun depressi Amerika dengan menempuh “New Dent” Policy, jang memungkinkan Pemerintah AS disupply oleh Bank Sentralnja dengan kredit guna menggerakkan kembali roda perekonomian jang matjet dan pengusaha2 disupply dengan kredit jang besar dengan bunga rendah. Maka tak ada salahnja, bila Pemerintah Indonesia mempeladjari kemungkinan untuk mentjiptakan satu General Soeharto s News Dent”.
Pada kesempatan itu Ibrahim Madylao dari KAPNI djuga mengandjurkan supaja Pemerintah melakukan monetary expansion jang positif, tidak sadja karena kita hanja memiliki uang sebesar 8 pCt daripada jang dimiliki tahun 1958, tetapi djuga penggunaan uang itu benar2 dipusatkan pada sektor2 produktif jang matjet oleh tight money policy dan balanced budget. (DTS)
Sumber: KOMPAS (06/05/1968)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 197-198.