ABRI SEBAGAI UNIVERSITAS RAKJAT

ABRI SEBAGAI UNIVERSITAS RAKJAT [1]

 

Oleh : Widya

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

Udjian tentang kearif-bidjaksanaan dan kesanggupan hidup politik mendjadi djelas dalam seleksi dan latihan pemimpin2 buat hari depan.

Sigmund Neumann

UMUM telah mengakui bahwa DWI-FUNGSI ABRl tumbuh sebagai akibat dari pada keadaan perkembangan kepartaian dimasa lalu jang tidak memenuhi misinja.

Kepada pundak ABRI dilemparkan beban berat untuk menggerakkan dan mengamankan mekanisme Demokrasi Pantjasila. Beban jang hanja terpikul oleh manusia2 jg beriman teguh kepada Tuhan dan beramal saleh terhadap negara dan masjarakat.

Tjatur Fungsi Partai

PARTAI sebagai salah satu unsur demokrasi mendjalankan 4 fungsi pokok.

Pertama : ia menampung pendapat dan kehendak manusia perorangan dan menjalurkannja mendjadi kepentingan suatu golongan. Ia mewakili kepentingan golongan dan dengan demikian ia merupakan djembatan antara manusia perorangan dan masjarakat besar.

Kedua : Ia mendidik manusia perorangan mendjadi “zoon politikon “mendjadi manusia jang mempunjai tanggung djawab politik, ia mengintegrasikannja dalam golongan. Ia menggambarkan kepadanja pengabdian golongan itu kepada kepentingan masjarakat keseluruhannja, ia memperingatkan rakjat terus menerus akan kebutuhan masjarakat keseluruhannja, menjesuaikan kebutuhan perorangan dengan kebutuhan masjarakat keseluruhannja bahkan kalau perlu minta pengorbanan dari padanja demi keselamatan masjarakat.

Djika partai tidak berhasil dalam mendjalankan tugasnja ini, nistjaja ia mendjurus kearah neo-feodalisme dan mendjadi kekuasaan golongan jang lebih mementingkan kebutuhan diri sendiri dari pada kebutuhan masjarakat keseluruhannja.

Pembinaan Pemimpin

Djika partai berhasil baik dalam mendjalankan dua fungsi diatas, tentu dengan mudah ia melaksanakan fungsinja jang ketiga, jakni sebagai penghubung antara Pemerintah dan pendapat umum. Demokrasi adalah ibarat piramida jang dibangun dari bawah. Hubungan antara para pemimpin diatas dan orang2 jang dipimpin dibawah adalah suatu keharusan melalui two-way traffic. Adalah tugas dari partai untuk memelihara dua garis hubungan ini agar tetap terbuka dan terang. Disinilah terletak fungsi partai jang keempat dan terpenting ialah pembinaan pemimpin2 mendidik, melatih, memilih dan memelihara pemimpin2 jang ada sekarang dan jang untuk dikemudian hari.

Pemimpin2 jang tjakap berpengetahuan luas menimbang dengan akal sehat bisa melihat djauh ke hari depan karena telah dalam menjelami sedjarah masa jang lampau. Berkejakinan teguh tjakap untuk mentjapai kerukunan sosial dan memberi pedoman kepada kekuatan2 sosial.

Pemimpin2 jang memiliki keseimbangan djiwa, sopan dalam menjatakan pendapat dan pandai mendamaikan perselisihan2 atau seperti BAGEHOT mengatakan: “an uncommon man of common opinios “. Pemimpin adalah seorang manusia luar biasa jg mempunjai pendapat2 biasa.

Seleksi pemimpin2 dilakukan setjara institusional, melalui lembaga2 demokratis tidak dengan djalan favoritisme, suka kawan.

Krisis Demokrasi

PARTAI2 dimasa lalu tidak berhasil dalam melaksanakan tjatur fungsi mereka diatas, akibatnja: krisis demokrasi jang berwudjud, tidak adanja kohesi dan konsensus antara kekuatan2 sosial dizaman liberal dan kemudian datangnja diktatur jang ditunggangi PKI di zaman Orla.

Mengenai situasi ini Presiden SOEHARTO menjatakan dalam “Commander s Call” jang baru lalu al : “Kita tidak usah menjesali sedjarah masa lampau, akan tetapi berbagai keruwetan situasi dlm tahun2 sesudah pengakuan kedaulatan – demikian pula masalah Irian Barat – adalah akibat daripada putusan2 politik jang diambil selama perang kemerdekaan”.

Selandjutnja beliau mengatakan : (sesudah tindakan2 tegas dari ABRI) tidak pernah ada follow up politik jang tepat”.

Dan Dr. MOHAMMAD HATTA mensinjalir adanja “generation gap”.

Dwi-fungsi ABRI tampil kedepan untuk mengatasi krisis demokrasi itu. Jang berarti bahwa ABRI harus menjediakan pemimpin2nja untuk menggerakkan mekanisme Demokrasi Pantjasila. Bahwa ABRI harns memberi dorongan agar kepartaian bisa hidup sehat dan segar sehingga bisa melaksanakan tjatur fungsinja dengan hasil jang baik sesuai dengan harapan Rakjat.

Universitas Rakjat

DILIHAT dari sudut pengadaan dan pembinaan pemimpin2 maka ABRI berfungsi sebagai Unversitas Rakjat. ABRI menampung pemuda2 dari segala lapisan masjarakat. Diseleksi kesehatan dan kelakuannja. Dilatih dalam kepradjuritan. Dipeladjari pengetahuan organisasi administrasi, tehnik. Di didik berwatak kesatria, rendah hati, sederhana, djudjur, sopan, bersemangat setia kawan, berdisiplin dan berani. Digembleng mendjadi pemimpin jg berani menghadapi dan sanggup mengatasi bahaja dan kesukaran mengambil keputusan dan tindakan tjepat dan tepat. Kemudian dilepaskan kembali kedalam masjarakat sebagai karyawan veteran purnawirawan tjadangan mereka mendjadi pemimpin2 sekarang atau dikemudian hari – dari badan2 Pemerintahan, perusahaan2, partai2 dan ormas2. Mereka mendjadi pelopor stabilisator dan dinamisator dari penjelesaian masalah2 nasional.

Kalau diantara siswa2 itu ada jang gagal itulah bisa dianggap sebagai suatu keketjualian jang memperkuat aturan.

Masuk ABRI baik setjara sukarela ataupun setjara wadjib (Wamil Walawa) adalah suatu kehormatan. Tidak sembarang pemuda bisa dipilih untuk di didik dan dilatih mendjadi pemimpin.

Pengasuh Bangsa

SUKSES fungsi ABRI sebagai Universitas Rakjat tergantung kepada tekad para pengasuhnja dan dalam hal ini perlu kita ingat kepada utjapan JEAN JEURES : “Orang tidak bisa mengadjar apa jang dikehendakinja, orang tidak bisa mengadjar apa jang diketahuinja atau apa jang dirasa diketahuinja orang mengadjar dan hanja bisa mengadjar apa jang ia sendiri sebenarnja”.

Martabat pradjurit dan karyawan ABRI menentukan mutu generasi pemimpin2 dihari depan. Meningkatkan mutu ini adalah kewadjiban setiap pradjurit dan setiap karyawan ABRI. Negarawan jg benar adalah pendidik bangsa, kata JAURES. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (27/03/1969)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 348-351.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.