Pemimpin Yang Arif

Jakarta, 27 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak Suharto

di Tempat

PEMIMPIN YANG ARIF [1]

Dengan hormat,

Pak Harto, dalam waktu yang sangat singkat, negeri ini banyak sekali mengalami perubahan. Semua ini mempengaruh setiap orang tak terkecuali, baik secara langsung ataupun tak langsung. Pengunduran diri Bapak adalah sesuatu kejadian yang sangat luar biasa. Selama hidup saya, saya mengenal Bapak sebagai Presiden di Indonesia, mengingat saat Pak Karno menjabat presiden, saya masih kecil.

Saya tumbuh dewasa sejalan dengan perkembangan negeri ini, saat ini saya berusia 34 tahun. Boleh dibilang saya tidak terlalu peduli dengan keadaan politik Indonesia, tidak terlalu mengerti sistem pemerintahan dan kurang perhatian pada situasi ekonomi Indonesia pada umumnya.

Sekalipun saya bukan orang yang pasif ataupun apatis, tapi kehidupan sehari-hari saya disibukkan dengan upaya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari untuk saya pribadi dan keluarga (Ibu dan 4 adik) secara lahir dan batin, mau tidak mau saya harus berkonsentrasi pada kehidupan pribadi saya. Sehingga kurang “awas” pada hal-hal penting lainnya dalam lingkup yang lebih luas di sekitar saya.

Saya mengetahui segala hal yang terjadi di negeri ini melalui berita­-berita di televisi, surat kabar dan radio. Saya memanfaatkan berita-­berita dari media komunikasi massa tersebut sebagai bahan referensi, sekedar agar tidak tertinggal mengikuti perkembangan terakhir sehari­-hari. Sementara di sekitar saya, tak kurang kontribusinya dalam mensupplay informasi apapun dan biasanya isi pembicaraan “rumpi” tersebut jauh lebih menarik dan seru dibanding berita-berita yang direlease mass media.

Bapak yang terhormat, saya banyak sekali mendengar cerita. tentang Bapak dan juga keluarga Bapak. Kalau orang-orang berkesan tentang Bapak, banyak sekali yang bersifat positif. Mereka menghargai Bapak sebagai pimpinan negara yang membawa negeri ini menjadi seperti sekarang ini (terutama kemajuan pembangunan fisik di kota kota besar). Bersamaan dengan itu, cerita tentang putra-putri Bapak seringkali membuat dada jadi “semriwing”, prihatin ……

Tapi saya orang awam, tidak faham, apalagi di bidang politik ekonomi dan hukum. Ketiga hal tersebut, kini diangkat sebagai hal-hal utama yang harus dibenahi dalam masa reformasi ini. Saya mendukung reformasi, dan sangat setuju adanya perubahan di semua bidang, untuk kebaikan rakyat banyak dan negeri ini.

Saya bahagia, karena ada harapan yang lebih besar lagi bagi kami. bangsa Indonesia untuk memiliki kehidupan yang lebih banyak iagi dari waktu-waktu sebelumnya, sekalipun kelihatannya 3-4 tahun ke depan keadaan masih cukup berat bagi semua orang untuk hidup “mapan”. Saya setuju kolusi, korupsi, dan nepotisme dihapuskan. Karena jelas-jelas budaya yang merebak di semua sektor usaha dan birokrasi itulah yang membuat negeri ini, “groak-groak”di sana-sini.

Bapak yang terhormat, terlepas dari itu semua saya mengirimkan surat ini kepada Bapak, untuk mengucapkan terima kasih saya pribadi atas pengabdian Bapak sebagai Kepala Negara Republik Indonesia ini selama ini. Bagaimanapun, banyak sekali yang telah bapak upayakan demi kebaikan negeri. Melihat Bapak di televisi akhir-akhir ini, saya menilai Bapak sebagai orangtua yang arif Saya menghormati Bapak sebagai seorang pemimpin bangsa yang besar. Bagaimana tidak, keberhasilan Bapak menjabat sebagai Presiden selama 32 tahun, adalah prestasi yang luar biasa. Hanya orang terpilih dari bermilyar-milyar manusia di dunia ini yang mendapatkan kesempatan tersebut dari Yang Maha Kuasa.

Mudah-mudahan karunia Allah SWT kepada Bapak sekeluarga tidak terhenti sampai di sini. Allah akan meneruskan izin ridhonya bagi Bapak sekeluarga dalam bentuk kebahagiaan batin yang lain. Semoga Tuhan senantiasa melindungi dan menjaga Bapak sekeluarga. Semoga Bapak senantiasa diberikan kesehatan lahir batin, dan tidak kekurangan satu apapun. Kini Bapak dapat menikmati hari-hari tenang dengan lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Semoga Bapak sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi segala keputusan Allah Swt.

Sesungguhnya saya tidak tahu pasti, apa sebenarnya yang ingin saya sampaikan secara khusus kepada Bapak. Namun ikatan batin (sepihak) di mana saya sangat mengenal Bapak (tentu saja Bapak tidak mengenal saya) membuat saya terdorong untuk melayangkan surat ini.

Berapa kali saya berkesempatan berjumpa secara langsung dengan Bapak (juga Ibu Alm) pada acara-acara di Istana, pada acara-acara resmi kenegaraan atau kesempatan lainnya, dan belum sekalipun dapat berjabat tangan.

Akhir kata, saya mohon maaf jika di dalam surat saya ini ada kesalahan dan kata-kata yang tidak pada tempatnya. Jika Bapak tidak mengijinkan saya bertemu di kediaman Bapak, sudikah kiranya Bapak membalas surat saya ini. (DTS)

Terima kasih atas segala perhatian Bapak.

Hormat saya,

Bani Ratmilia

Jakarta

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 305-307. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.